Arifin yang ditemui di sela-sela acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu, mengakui bahwa PLTU Suralaya di Cilegon, Banten, memiliki emisi yang sangat tinggi.
Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa pensiun dini untuk pembangkit ini perlu direncanakan dengan baik.
"(PLTU Suralaya) itu memang harus kita rencanakan pensiun dini, tapi direncanakan juga energi baru yang akan masuk baru ini, apa yang gantinya," ujar Arifin.
Ia menambahkan, dirinya pernah meninjau kawasan operasi PLTU Suralaya di Cilegon yang masa operasinya sudah cukup lama, dan emisi yang dihasilkan sangat berat.
"Saya sendiri kan pernah terbang, pernah terbang di atas wilayah itu, dan memang berat tuh emisinya di daerah sana, Cilegon, banyak industri, kemudian pembangkitnya gede ya," ucapnya.
Arifin mengungkapkan, jika dilihat dari potensi energi baru di Jawa, jumlahnya tidak cukup untuk mendukung kebutuhan energi yang ada. Oleh karena itu, ke depannya harus ada sambungan transmisi dari Sumatera untuk mendukung pasokan energi.
Namun, Arifin juga menekankan bahwa pembangunan infrastruktur transmisi ini harus dilakukan secara bertahap. Ia menegaskan bahwa tanpa infrastruktur transmisi yang memadai, energi baru tidak akan bisa masuk ke jaringan listrik nasional.
Baca juga: Pertamina menargetkan 56 persen investasi untuk EBT pada 2030
Baca juga: IESR sebut kontribusi EBT pada 2023 capai 500 gigawatt
"Jawa ini kalau kita melihat potensi-potensi yang di energi-energi barunya, itu nggak cukup untuk bisa mensuport, harus ada sambungan dari Sumatera nanti ke depan. Tapi itu kan kita harus melakukannya bertahap," jelasnya.
Menurut dia, infrastruktur yang baik menjadi kunci agar energi-energi baru ini dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk menggantikan energi dari PLTU yang akan dipensiunkan.
"Jadi kalau nggak ada infrastruktur transmisi tentu nggak akan bisa masuk energi-energi baru ini dari mana-mana aja," imbuh Arifin.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan rencana penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, di Cilegon, Banten, demi menekan polusi udara di Jakarta.
"Jadi kita pengen exercise kita ingin kaji kalau bisa kita tutup supaya mengurangi polusi di Jakarta," kata Luhut yang juga ditemui seusai menghadiri Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu.
Menurut Luhut, hal itu dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam mengatasi polusi udara khususnya di wilayah DKI Jakarta. Untuk itu, pihaknya akan mengkaji mengenai hal tersebut, apalagi PLTU tersebut sudah beroperasi lebih dari 40 tahun.
"Itu kami (akan) rapatin nanti yang (PLTU) Suralaya itu, kan sudah banyak polusinya. Dan sudah (beroperasi) lebih dari 40 tahun," ujarnya.
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa pihaknya segera melakukan rapat untuk menindaklanjuti rencana penutupan PLTU tersebut.
Baca juga: Luhut ungkap rencana penutupan PLTU Suralaya demi tekan polusi udara
Baca juga: Pengamat: Penghentian operasi PLTU perlu perhitungkan benefit
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024