Membersihkan udara yang kita hirup dapat mencegah penyakit tidak menular dan mengurangi risiko penyakit pada wanita dan kelompok yang rentan seperti anak-anak dan manula,"
Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan adanya tujuh juta kematian pada 2012 disebabkan oleh polusi udara.

"Membersihkan udara yang kita hirup dapat mencegah penyakit tidak menular dan mengurangi risiko penyakit pada wanita dan kelompok yang rentan seperti anak-anak dan manula," kata Assistant Director-General Family, Women and Children's Health WHO Flavia Bustreo dalam rilis yang diterima Antara di Jakarta, Rabu.

Bustreo mengatakan wanita miskin dan anak-anak adalah mereka yang mengalami polusi udara dalam ruang (indoor) yang paling parah karena kedua kelompok itu adalah yang paling banyak menghabiskan waktu di rumah, menghirup asap dan debu dari pembakaran batu bara dan kompor menggunakan kayu bakar.

Dengan jumlah kematian sebanyak tujuh juta orang, polusi udara menjadi penyebab kematian global terbanyak ke delapan.

Jumlah itu juga dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya sehingga polusi udara saat ini menjadi faktor risiko lingkungan terbesar dan mengurangi polusi udara dapat menyelamatkan jutaan nyawa.

Secara detail, data baru itu juga menunjukkan adanya kaitan lebih erat antara polusi udara baik dalam ruangan atau di luar ruangan dengan penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan penyakit jantung iskemik.

Sebelumnya, polusi udara telah dihubungkan dengan penyakit-penyakit pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan dan penyakit paru obstruktif.

Studi baru itu tidak hanya didasarkan pada pengetahuan lebih mendalam mengenai penyakit yang disebabkan oleh polusi udara tapi juga dengan penilaian lebih baik terhadap paparan polutan penyebab polusi udara terhadap manusia menggunakan teknologi dan teknik pengukuran yang lebih canggih.

Dengan teknologi baru itu, peneliti saat ini dapat membuat analisis lebih mendalam terhadap resiko kesehatan dari kelompok demografi yang lebih luas yang termasuk pedesaan dan daerah kota.

Di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat, negara yang memiliki pendapatan rendah-menengah memiliki beban kesehatan terkait polusi udara tertinggi pada 2012 dengan angka kematian total sebanyak 3,3 juta orang yang disebabkan oleh polusi udara dalam ruangan dan 2,6 juta orang lainnya meninggal terkait polusi udara luar ruangan.

Secara detail, studi itu menemukan mayoritas kematian terkait polusi udara disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler yaitu untuk polusi udara luar ruangan, 40 persen kematian disebabkan oleh penyakit jantung iskemik, 40 persen disebabkan oleh stroke, 11 persen disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik dan 6 persen disebabkan kanker paru-paru.

Untuk polusi udara dalam ruangan, penyebab kematian terbesar adalah stroke sebesar 34 persen, penyakit jantung iskemik 26 persen, penyakit paru obstruktif kronik 22 persen dan infeksi saluran pernafasan bawah akut pada anak sebesar 12 persen.

Perkiraan baru itu didasarkan pada data kematian WHO dari tahun 2012 yang menjadi bukti dari resiko kesehatan dari paparan polusi udara.

"Risiko dari polusi udara saat ini lebih besar dari perkiraan atau yang telah dipahami sebelumnya, terutama untuk penyakit jantung dan stroke," kata Director of WHO's Department for Public Health, Environmental and Social Determinants of Health Maria Neira.

Neira menekankan bahwa polusi udara berdampak besar terhadap kesehatan saat ini dan bukti data tersebut membuktikan bahwa dibutuhkan aksi bersama untuk membersihkan udara yang dihirup saat ini.

Setelah menganalisis faktor risiko dan merevisi metodologi yang digunakan, WHO memperkirakan polusi udara dalam ruangan dikaitkan kepada 4,3 juta kematian pada 2012 dari rumah tangga yang memasak menggunakan batu bara, kayu dan kompor biomassa. Sedangkan untuk polusi udara luar ruangan, WHO memperkirakan ada 3,7 kematian pada 2012 di daerah kota dan pedesaan. (*)

Pewarta: Arie Novarina
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014