Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Daerah Gorontalo, dalam waktu dekat akan melakukan ekspor beras ke Filipina dan Brunei Darussalam, menyusul ekspor jagung ke Malaysia, India dan Jepang. "Kita akan buktikan, Pemda Gorontalo kalau bekerja secara fokus dan serius, dapat melakukan swasembada beras, bahkan dapat ekspor ke beberapa negara," kata Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad, usai melakukan penanaman padi dengan varitas bibit unggul (hibrida R1) di Gorontalo, Rabu. Filipina sudah menyatakan kesediaannya, untuk membeli beras Gorontalo dengan cara barter dengan mobil bekas dan minuman Coca Cola, sedang Brunai Darussalam siap membayar secara kontan sesuai dengan harga kontrak. "Atas dasar itu, Pemda Gorontalo saat ini telah menyediakan lahan untuk siap ditanami padi varitas unggul seluas 3.000 hektar dengan subsidi bibit 50 persen dari APBD Pemda," katanya. Pemda saat ini telah mengalokasikan dana sekitar Rp1 miliar dan akan ditingkatkan menjadi Rp2 miliar pada tahun anggaran 2006-2007. Oleh karena itu, katanya, pihaknya juga akan meningkatkan luas areal tanam seluas 5 ribu hektar, sehingga dalam waktu dekat ini atau sekitar empat bulan kedepan, Gorontolo bukan hanya siap melayani kebutuhan pangan di wilayahnya, tetapi juga dapat dijual ke pasar internasional. "Subsidi untuk pembelian sebesar Rp2 triliun itu sudah dilaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," katanya seraya menambahkan, saya ini sudah dua kali mendapatkan penghargaan dari Bapak Presiden, tentang ketahanan pangan, kalau penghargaan itu tiga kali berturut-turut maka, saya adalah gubernur pertama kali yang mendapatkan penghargaan ketahanan pangan secara permanen. Menurut Fadel, untuk mendorong meningkatkan produksi secara optimal, pihaknya terus melakukan penyuluhan kepada para petani untuk melakukan penanaman menggunakan bibit unggul hibrida. "Harga bibit unggul hibrida jenis Arze Hibrindo R-1 yang diproduksi oleh PT Bayer Indonesia, mencapai sekitar Rp40 ribu per Kg, sedang untuk bibit biasa hanya sekitar Rp5.000 per Kg. Namun hasilnya, dapat mencapai 10-12 ton per hektar gabah kering (GKP) bahkan dapat mencapai 17,02 ton per hektar. Sedang bibit biasa, tidak akan mencapai sampai 2-3 ton per hektar," katanya. Selain itu harganya juga jauh lebih tinggi, karena rasanya lebih enak dan "tesktur" nasi lebih pulen dan wangi. "Filipina dan Brunei bersedia membeli karena sudah tahu jenis beras yang ditanam adalah R-1," kata Fadel. Usaha Fadel Muhammad terus menggalakkan peningkatan produk pertanian, utamnya beras dan jagung, merupakan usaha menolak adanya impor beras masuk ke Gorontalo. "Saya tidak mungkin menolak kebijakan pusat, Bapak Presiden dan Wapres, tetapi dengan cara meningkatkan produksi beras dan jagung maka impor sesungguhnya tidak perlu lagi," katanya. Fadel mengatakan, Gorontalo mempunyai tiga produk unggulan yang dapat dijadikan contoh untuk daerah lain. Pertama, sektor pertanian, utamnya produk jagung dapat dinaikkan. Tahun 2001, produksi jagung hanya sekitar 70 ribu ton, untuk dua tahun berikutnya dapat dinaikkan menjadi 400 ribu ton atau naik 30 persen. Sedang untuk produksi perikanan pada periode yang sama sebesar 19,7 ribu ton naik 472 persen menjadi 60.000 ton. Saat ini pihaknya sedang menggenjot produksi beras. "Semua produk pertanian dan perikanan dapat ditingkatkan produksinya asal dikerjakan secara fokus dan serius," kata Fadel.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006