Perth (ANTARA News) - Kepala pencarian multinasional untuk pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sejak 8 Maret 2014, Marsekal (Purnawirawan) Alan Grant "Angus" Houston, mengatakan sebuah kapal Australia mendeteksi "kejadian akustik" yang diduga terkait jet itu pada Minggu pagi.

Selain itu, satu kapal Tiongkok kembali melaporkan detak kedua yang sesuai dengan kotak hitam pesawat di lokasi yang berbeda, meskipun laporan ini belum dapat diverifikasi, ujarnya seperti dikutip CBCNews.

Mantan Kepala Pertahanan Australia itu mengatakan Ocean Shield, kapal Australia yang ikut mencari MH370, menyelidiki sebuah lokasi di selatan Samudera Hindia setelah menangkap "kejadian akustik" tersebut.

Menurut Houston hal itu menjadi perkembangan yang menggembirakan, tetapi memperingatkan bahwa saat ini sangat sedikit yang diketahui tentang sifat transmisi terkait MH370.

Kapal Ocean Shield membawa peralatan canggih Angkatan Laut AS yang dirancang untuk menangkap sinyal yang dikirim dari alat perekam data pesawat atau kotak hitam (black box), yang mungkin memegang kunci pengungkap mengapa pesawat MH370 melenceng ribuan kilometer dari rute perjalanan komersilnya dari Kuala Lumpur ke Beijing.

Houston juga mengatakan, pemerintah Tiongkok memberitahu para pejabat Australia bahwa Haixun 01, kapal yang pada Jumat (4/4) dilaporkan menangkap detak elektronik pada 37,5 kilohertz (kHz) --frekuensi yang sama dipancarkan oleh perekam data penerbangan-- kembali mendeteksi sekira 90 detik pada hari Sabtu sore (5/4).

Detak tersebut terdengar sekitar dua kilometer dari lokasi sinyal sebelumnya yang Haixun 01 laporkan.

Houston menyatakan, Kapal Echo dari Australia dan beberapa pesawat sedang dalam perjalanan untuk membantu Haixun 01 di lokasi pencarian, sedangkan Ocean Shield akan pindah ke lokasi di mana detak elektronik itu dilaporkan, jika tidak ada yang muncul dari "kejadian akustik" yang terpantaunya pada Minggu pagi.

"Ocean Shield dalam proses mengeksploitasi 'kejadian akustik' lain yang kita perlu untuk melihat ke dalam guna menentukan apakah ada sesuatu. Ini adalah proses melelahkan, dan jika kita mendapatkan petunjuk apapun, maka kami menyelidikinya," kata Houston.

Houston menjelaskan, tim investigasi internasional juga telah menyimpulkan bahwa interpretasi awal mereka tentang data satelit jalur penerbangan MH370 mengabaikan kecepatan pesawat dan MH370 kemungkinan melakukan perjalanan jauh ke selatan dari rute semestinya.

Wilayah selatan daerah pencarian di Samudera Hindia, --di mana Haixun 01 saat ini beroperasi di perairan dalam sekitar 4.500 meter--, saat ini akan lebih diprioritaskan.

"Wilayah dengan probabilitas tertinggi, yang kita pikirkan, adalah bagian selatan di mana Haixun 01 beroperasi. Itulah sebabnya kita benar-benar tertarik pada dua pertemuan akustik yang Haixun 01 temukan," ujarnya.

Ia mengemukakan, alat pemindai black box yang disebut locator pinger dapat menangkap sinyal hingga kedalaman 6.100 meter, sehingga seharusnya mampu mendeteksi wilayah pencarian sekira 5.800 meter.

Tapi, ia menilai, hal itu hanya berlaku jika locator pinger dalam jangkauan black box. Satu tugas berat, ujarnya, mengingat ukuran daerah pencarian dan fakta bahwa locator pinger harus diseret perlahan-lahan melalui air hanya beberapa kilometer per jam.

Jika sinyal yang terdeteksi oleh Haixun 01 sudah dikonfirmasi, ia mengemukakan, maka hal itu juga butuh "waktu yang lama" untuk mengambil kotak hitam.

"Itu sangat dalam. Empat setengah kilometer, lurus ke bawah. Setiap operasi pengambilan akan menjadi sangat menantang," demikian Houston.

Malaysia Airlines MH370 tipe Boeing 777 menghilang 8 Maret 2014 bersama 239 penumpang, termasuk awak kabin. Sejauh ini belum ada jejak akurat pesawat jet itu ditemukan. (*)


Penerjemah: Priyambodo RH
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014