Dalam diskusi sebagai bagian dari Indonesia Net-Zero Summit di Jakarta, Sabtu, Budi Haryanto menjelaskan bahwa perubahan iklim yang disebabkan beberapa faktor termasuk kerusakan lingkungan dan ekosistem pada akhirnya akan berdampak kepada kehidupan manusia, termasuk dalam bidang kesehatan.
Baca juga: Kemenko PMK: Anak-anak terdampak signifikan karena perubahan iklim
"Paling akhir itu menimpanya ke kita semua. Banyak penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti demam berdarah, malaria dan sebagainya," kata Guru Besar UI itu.
Dia menjelaskan bahwa perubahan iklim juga memiliki kaitan dengan maltnutrisi dan stunting, ketika terjadi gangguan terhadap produksi pangan akibat fenomena tersebut.
Secara khusus, dia menyoroti empat jenis penyakit terkait perubahan iklim yang dapat ditemukan di Indonesia yaitu demam berdarah, malaria, gangguan saluran napas, dan diare.
Baca juga: Akademisi: Rehabilitasi hutan cegah dampak buruk perubahan iklim
"Semua trennya itu naik terus, demam berdarah naik terus, malaria naik terus, penyakit saluran napas naik terus. Semuanya terbukti dari hasil riset yang dilakukan di seluruh dunia maupun yang juga kita terlibat dalam penelitian tersebut, itu semua efek dari perubahan iklim," ujarnya.
Menurut pernyataan Kementerian Kesehatan pada 27 Juni 2024, angka kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) pada pekan ke-25 tahun 2024 adalah 869 kasus. Sementara total kematian pada 2023 adalah 894 kasus.
Baca juga: Pemerintah diminta bangun wadah suarakan dampak perubahan iklim
Adapun untuk kasus DBD, per akhir Juni 2024 terdapat 146 ribu kasus dibandingkan pada 2023 terdapat sekitar 114 ribu kasus. Sementara itu sebaran kasus DBD terbanyak pada 2023 dan 2024 berada di wilayah padat penduduk, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Bali.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024