Kupang (ANTARA News) - Ribuan massa simpatisan terpidana mati Tibo Cs -- Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu -- di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat, melakukan aksi pemblokiran semua pintu masuk ke Atambua dan melempari rumah-rumah penduduk. Kapolres Belu, AKBP Heb Dehen, dan Komandan Kodim (Dandim) 1605/Belu, Letkol Inf Yulius W, membenarkan insiden itu ketika dikonfirmasi melalui telepon selullar dari Kupang. "Saya masih di tengah massa sedang meminta mereka membubarkan diri dan tidak melakukan tindakan anarkis," ujar AKBP Dehen. Letkol Yulius juga tidak banyak memberi penjelasan karena sedang disibukkan dengan massa yang bersikeras tidak mau membuka blokade ruas jalan utama di Atambua, ibukota kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Timor Leste. "Nanti saja penjelasannya karena kami masih sibuk mengurus massa," ujar Yulius singkat. Laporan dari Atambua menyebutkan simpatisan Tibo Cs mulai berkumpul dan memblokade ruas jalan sejak pukul 06.00 Wita atau beberapa jam setelah ketiga terpidana mati itu dieksekusi di Palu, Sulawesi Tengah. Lima pintu masuk ke Atambua masing-masing dari arah Kupang, ibukota Provinsi NTT, Pantai Atapupu, Bandara Haliwen, Turiskain dan dari arah Halilulik diblokir massa dengan kayu dan batu. Massa yang menggunakan truk angkutan dan kendaraan bermotor lainnya sempat berkeliling Atambua dan melempari rumah-rumah penduduk di lokasi tertentu, seperti kompleks Pasar Baru Atambua. Kantor Dinas Kejaksaan Negeri (kejari) Belu beserta rumah dinas Kepala Kejari (Kajari) Belu, juga dilempari batu hingga kaca depan pecah berserakan. Aparat keamanan TNI dan Polri terus berupaya menenangkan massa agar tidak brutal namun hanya bersifat preventif guna menghindari bentrokan fisik. Uskup Atambua, Mgr Anton Pain Ratu, SVD, juga berupaya menenangkan massa agar tidak melanjutkan tindakan anarkis dan segera membuka ruas jalan yang diblokir. Hingga pukul 11.00 Wita, massa simpatisan Tibo Cs masih terkonsentrasi di sejumlah titik di Atambua. Perlahan-lahan massa membubarkan diri setelah mendapat arahan dari tokoh agama dan pimpinan aparat keamanan serta pemerintah daerah setempat. (*)

Copyright © ANTARA 2006