Anggota parlemen Jerman tersebut mengatakan bahwa dia tidak mengetahui secara pasti apa tuduhan resmi terhadap Durov, tetapi biasanya dalam situasi seperti itu biasanya mudah ditemukan apa alasan yang mendasari otoritas untuk mengambil Tindakan tersebut.
"Media terkemuka Jerman secara mengejutkan sering mengatakan bahwa Telegram adalah platform bagi apa yang disebut ekstremis sayap kanan dan ahli teori konspirasi. Pada saat yang bersamaan, Telegram sebenarnya melindungi pula para penggunanya dan pihak oposisi," ungkap Kotre.
"Ini akan menjadi alasan sebenarnya untuk mengadili Pavel Durov. Mereka ingin mengambil tindakan terhadap oposisi terkait," katanya menambahkan.
Pada Sabtu (24/8) malam, media Prancis melaporkan pendiri Telegram Pavel Durov ditahan di Bandara Le Bourget.
Hal itu terjadi saat ia hendak meninggalkan jet pribadi yang diduga datang dari Azerbaijan.
Menurut media Perancis, Durov, pria 39 tahun kelahiran Rusia yang juga memiliki kewarganegaraan Perancis, termasuk dalam daftar orang yang dicari otoritas Prancis.
Lembaga peradilan Prancis menganggap Durov terlibat dalam kejahatan karena sejumlah alasan, termasuk penolakan Telegram untuk bekerja sama dengan pihak berwenang negara tersebut.
Pendiri aplikasi perpesanan ini kemungkinan didakwa antara lain dengan tuduhan terorisme, perdagangan narkoba, penipuan dan pencucian uang, serta dapat terancam hukuman pidana hingga 20 tahun.
Kedutaan Besar Rusia di Prancis mengatakan kepada Sputnik bahwa pihak berwenang Prancis sejauh ini menolak untuk bekerja sama terkait penahanan Durov.
Sumber: Sputnik
Baca juga: Rusia-Prancis ciptakan tensi baru akibat penahanan CEO Telegram Durov
Baca juga: CEO Telegram ditangkap Prancis, Rusia monitor reaksi internasional
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024