Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengatakan bahwa kolaborasi antar sejumlah perguruan tinggi diperlukan agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia, di tengah semakin kompleksnya tantangan dalam dunia pendidikan tinggi.
Saat ini, menurutnya masih ada beberapa tantangan yang mengemuka di dunia pendidikan tanah air. Salah satunya, kata dia, permasalahan rendahnya angka partisipasi kasar lulusan SMA yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, di mana masih berada pada kisaran 30 hingga 40 persen.
"Peningkatan kualitas pendidikan tinggi ini akan menjadi salah satu pendongkrak parameter untuk menggenjot nilai Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Inovasi Global Indonesia, yang saat ini masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN," kata Bamsoet dalam keterangan diterima di Jakarta, Senin.
Adapun Bamsoet menjadi narasumber dalam kegiatan penandatanganan nota kesepahaman antara Universitas Wahid Hasyim Semarang, dengan Universitas Perwira Purbalingga, serta Universitas Terbuka di Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Dia mengatakan persoalan perguruan tinggi di Indonesia terletak pada aspek kualitas, karena mencapai pada taraf standar yang diharapkan. Dari 100 kampus terbaik di dunia versi World University Rankings, menurutnya hanya ada lima negara Asia yang tercantum di dalamnya, yaitu China, Singapura, Jepang, Hong Kong, dan Korea Selatan.
"Jika dibandingkan saat ini, kampus yang dianggap terbaik di Indonesia, 'hanya' menduduki urutan ke-537 di dunia," katanya.
Padahal, kata dia, semangat "mencerdaskan kehidupan bangsa" merupakan hal yang diamanatkan dalam konstitusi. Maka dari itu, menurutnya sektor pendidikan harus menjangkau seluas-luasnya kebutuhan masyarakat dalam mencari ilmu.
Selain itu, menurutnya kesenjangan relevansi dan kompetensi lulusan perguruan tinggi dalam menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja juga menjadi salah satu permasalahan. Menurutnya ketimpangan antara implementasi sistem pendidikan dengan realitas tuntutan dunia kerja harus ditangani dengan tiga cara..
"Yaitu pembenahan kurikulum dan metode pembelajaran, peningkatan kualitas tenaga pendidik, dan penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai sesuai kebutuhan zaman," katanya.
Untuk itu, dia pun berharap penandatanganan nota kesepahaman tersebut bukan hanya menjadi agenda simbolis semata, melainkan juga harus menjadi titik tumpu dan momentum penting bagi ketiga universitas tersebut untuk bersama meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Untuk itu, dia pun berharap penandatanganan nota kesepahaman tersebut bukan hanya menjadi agenda simbolis semata, melainkan juga harus menjadi titik tumpu dan momentum penting bagi ketiga universitas tersebut untuk bersama meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
"Berbagai gambaran di atas mengisyaratkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan," katanya.
Baca juga: MPR: Indonesia perlu ciptakan kedaulatan pangan hindari risiko krisis
Baca juga: Ketua MPR nilai sudah saatnya Indonesia segera hadirkan Angkatan SiberBaca juga: Bamsoet: Keadilan sosial harus landasi kebijakan penyelenggara negara
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024