"Untuk mencegah terjadinya karhutla pada puncak musim kemarau sekarang ini, kegiatan patroli, pemadaman, dan pembasahan lahan dari udara didukung 11 helikopter akhir-akhir ini lebih dioptimalkan," kata Kabid Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman, di Palembang, Senin.
Menurut dia, optimalisasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan karhutla dari udara dilakukan di sejumlah daerah rawan karhutla.
Baca juga: BPBD: Hotspot terbanyak pada pekan III Agustus, capai 267 titik panas
"Saat ini ada dua helikopter untuk patroli dan sembilan helikopter pembom air yang salah satunya jenis Kamov RA 31109 siaga untuk pencegahan dan penanggulangan karhutla dari udara," katanya.
Berdasarkan data, selama musim kemarau 2024 ini terjadi karhutla di lahan seluas 750,83 hektare dengan rincian di lahan gambut 308,56 hektare dan lahan mineral 442,26 hektare.
Kebakaran hutan dan lahan pertanian/perkebunan itu tersebar di sejumlah daerah rawan karhutla seperti Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.
Baca juga: BPBD Sumsel mulai bersiap hadapi karhutla, prioritas pada empat daerah
Dalam beberapa hari terakhir di sejumlah daerah rawan karhutla kembali terdapat titik panas, namun bisa cepat diatasi oleh petugas yang patroli sehingga tidak mengakibatkan kebakaran yang dapat menimbulkan bencana kabut asap.
"Berkat kesiapsiagaan petugas BPBD bersama Satgas Gabungan Penanggulangan Karhutla dan bantuan masyarakat hingga kini karhutla besar yang berpotensi menimbulkan bencana kabut asap dapat dicegah," ujarnya.
Untuk mencegah terjadinya karhutla dan bencana kabut asap, pihaknya terus berupaya melakukan patroli untuk mengecek kondisi kawasan hutan dan lahan.
Baca juga: Gubernur Sumsel tekankan perlunya kerja sama tangani karhutla
"Jika terpantau kebakaran kawasan hutan dan lahan pertanian/perkebunan milik masyarakat dan perusahaan perkebunan dapat dilakukan tindakan cepat dan tepat sehingga tidak meluas menjadi kebakaran besar yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan serta gangguan kesehatan dan aktivitas masyarakat akibat asap yang ditimbulkan dari karhutla," ujar Sudirman.
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024