Menurut laporan pejabat dan media lokal pada Senin (26/8), gerombolan teroris melakukan serangan terkoordinasi terhadap tentara di distrik Musakhel, Qalat, dan Lasbela, yang mengakibatkan tewasnya 21 militan dan 10 pasukan paramiliter, kata pihak militer dalam sebuah pernyataan.
Sebanyak empat personel lembaga penegak hukum lainnya juga tewas dalam bentrokan tersebut, lanjut pernyataan itu.
"Operasi pembersihan sedang dilakukan dan para pelaku, penghasut, fasilitator, serta pihak-pihak yang membantu dalam tindakan keji dan pengecut ini, yang menargetkan warga sipil tak bersalah, akan diadili," tambah pernyataan tersebut.
Yang diduga kelompok militan membunuh 23 penumpang di provinsi Balochistan barat daya pada Senin pagi setelah memaksa mereka turun dari beberapa kendaraan di sebuah jalan tol.
Aksi penurunan paksa di jalan tol itu adalah yang terbaru dari serangkaian aksi teroris keji di provinsi tersebut.
Insiden ini terjadi di dekat distrik Musakhel, di mana militan bersenjata berat memblokir jalan utama, menghentikan beberapa kendaraan, dan menurunkan penumpang sebelum menembaki mereka.
Kepala Menteri Balochistan, Sarfraz Bugti, memastikan kejadian insiden tersebut, dan mengatakan bahwa para teroris menargetkan orang-orang "tak bersalah," dan berjanji bahwa mereka serta "fasilitator" mereka akan diadili.
Menurut polisi, para penyerang membakar setidaknya 10 kendaraan sebelum melarikan diri.
Stasiun televisi lokal Geo News menayangkan rekaman beberapa kendaraan yang terbakar di sepanjang jalan.
Shahid Rind, juru bicara pemerintah Balochistan, mengatakan kepada wartawan bahwa para teroris memeriksa bus dan truk serta memeriksa identitas penumpang sebelum membunuh mereka.
Orang-orang yang tewas disebutkan berasal dari bagian timur laut provinsi Punjab.
Sementara itu, lima orang lainnya tewas dalam bentrokan semalam antara militan dan polisi di Jalan Raya Nasional di distrik Qalat.
Secara terpisah, polisi setempat menemukan empat jenasah dengan luka tembak di pegunungan distrik Bolan.
Penyerang bersenjata juga menyerbu dan menguasai sebuah kantor polisi di distrik Mastung, provinsi tersebut, selama beberapa jam.
Mereka membakar dokumen dan beberapa kendaraan yang diparkir di dalam kantor polisi.
Polisi mengatakan mereka berhasil merebut kembali kendali atas kantor polisi, memaksa para penyerang untuk melarikan diri. Namun, jenazah seorang pria tak dikenal ditemukan di luar kantor polisi tersebut.
Sementara itu, ledakan bom di distrik Bolan menghancurkan jembatan kereta api utama, menewaskan dua orang dan menghentikan lalu lintas kereta api antara Balochistan dan provinsi-provinsi lainnya.
Tentara Pembebasan Balochistan, sebuah kelompok separatis terlarang, dalam pernyataan kepada media lokal, mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kelompok itu telah lama menargetkan pasukan keamanan dan warga non-Baloch di provinsi tersebut.
Di provinsi Khyber Pakhtunkhwa di barat laut, setidaknya empat orang tewas dan beberapa lainnya terluka dalam ledakan bom yang dikendalikan dari jarak jauh di kota Rizmak, distrik suku Waziristan Utara, yang berbatasan dengan Afghanistan.
Pakistan telah menyaksikan peningkatan serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, terutama di provinsi Khyber Pakhtunkhwa di barat laut dan Balochistan di barat daya.
Balochistan yang kaya akan mineral adalah provinsi terbesar tetapi termiskin di Pakistan.
Pasukan keamanan telah lama menghadapi pemberontakan intensitas rendah dari separatis Baloch, yang mengklaim provinsi tersebut telah diabaikan dalam hal pembangunan besar.
Provinsi ini juga merupakan rute kunci untuk proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) senilai 64 miliar dolar AS (Rp991 triliun), yang bertujuan untuk menghubungkan provinsi Xinjiang di barat laut China yang strategis dengan pelabuhan Gwadar di Balochistan melalui jaringan jalan, rel kereta api, dan pipa untuk transportasi kargo, minyak, dan gas.
Sumber : Anadolu
Baca juga: Pakistan jamin pemberdayaan politik dan ekonomi kaum minoritas
Baca juga: Dua kecelakaan maut terjadi di Pakistan, sedikitnya 40 orang tewas
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024