New York (ANTARA News) - Presiden Pakistan Jenderal Pervez Musharraf mengatakan dalam wawancara baru-baru ini dengan CBS News bahwa setelah 9/11, Amerika Serikat mengancam akan mengebom negaranya jika tidak membantu perang AS melawan terorisme. Wawancara CBS dengan pemimpin Pakistan itu akan disiarkan hari Minggu, kata CBS dalam situsnya. Musharraf mengatakan ancaman itu datang dari Richard Armitage, Wakil Menteri Luar Negeri AS saat itu, dan disampaikan kepada direktur intelijen Musharraf. "Direktur intelijen tersebut mengatakan kepada saya bahwa (Armitage) mengatakan, "Bersiap-siaplah dibom. Bersiap-siaplah kembali ke Jaman Batu," kenang Musharraf, menurut laporan tersebut. Armitage mempertentangkan kata-kata tersebut namun tidak mengelak bahwa pesan itu bersifat keras, kata CBS. Laporan itu juga mengatakan Musharraf tidak bisa menekan bocornya rahasia nuklir negaranya, rupa-rupanya hingga ia dipermalukan pada tahun 2003 oleh Direktur CIA saat itu, George Tenet. "Musharraf mengklaim ia hanya mendakwa bahwa A.Q. Khan, ayah pembuat program senjata nuklir Pakistan, menyampaikan rahasia kepada Iran dan Korea Utara hingga Tenet menghadapkan ia dengan bukti di PBB tahun 2003," kata laporan itu. "(Tenet) mengeluarkan tas kantor, menyampaikan kepada saya sejumlah kertas. Itu merupakan desain mesin pemisah (centrifuge) dengan semua nomor dan tandatangan Pakistan. Itu merupakan saat yang paling memalukan," kata laporan itu mengutip Musharraf. Ia kemudian mengetahui bahwa tidak hanya rencana rinci yang diberikan kepada Iran dan Korea Utara, tetapi mesin pemisah -- teknologi penting yang diperlukan untuk pengayaan uranium menjadi senjata atom -- diserahkan kepada mereka, menurut laporan itu. "(Khan) memberi mereka bagian-bagian mesin pemisah. Ia memberi mereka mesin pemisah."(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006