Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, Edy menyebutkan bahwa penemuan 88 kasus baru di Indonesia didapatkan melalui penemuan kasus secara pasif (passive case finding), artinya pasien datang ke fasilitas kesehatan karena ada keluhan dan terdiagnosa Mpox. Untuk itu, dia menyarankan agar penemuan kasus dilakukan secara aktif.
“Tracing kelompok berisiko dan kontak erat ini perlu dilakukan. Sehingga kemungkinan adanya kasus yang tidak terdeteksi menjadi lebih sedikit,” dia menuturkan.
Selain itu, Edy meminta agar pemerintah memperketat pintu masuk negara. Misalnya saja bandara dan pelabuhan internasional. Dia menyarankan ketika petugas mencurigai bahwa mereka yang dari luar negeri sedang sakit, maka harus segera diisolasi dan dilakukan pemeriksaan.
Baca juga: Pengawasan Bandara Soetta dan Ngurah Rai diperketat untuk cegah "Mpox"
Edy merujuk pada pernyataan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan bahwa mereka menyediakan 4.450 dosis vaksin. Lalu, katanya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat menyebutkan akan menambah 1000 dosis.
Dia mengatakan, vaksin Mpox harus diberikan dua kali, artinya sasaran vaksinasi Mpox sejumlah 2.725 orang.
"Sebaiknya vaksinnya diperbanyak lagi. Menkes harus segera membuat rencana untuk menyetok vaksin," anggota dewan itu menambahkan.
Vaksinasi Mpox rencananya diberikan kepada kelompok berisiko. Edy menyarankan agar kontak dekat termasuk tenaga kesehatan juga diberikan vaksin itu guna memperkuat imunitasnya.
Edy mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan pernyakit itu sebagai keadaan darurat kesehatan global, sehingga hal itu tidak boleh dianggap remeh.
“Belajar dari Covid-19, kita tidak boleh menganggap enteng penyakit ini agar tetap waspada,” ucapnya.
Baca juga: Menkes jelaskan ke Presiden tentang penularan Mpox pada anak di Afrika
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024