Petugas Pelayanan Publik Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha Pangan Olahan BPOM Dilaekha Ryan Permata menjelaskan keamanan pangan merupakan syarat memperoleh makanan yang bergizi.
"Karena ketika pangan sudah aman, baru pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi, membantu orang dewasa untuk hidup sehat dan aktif, serta anak-anak untuk tumbuh dan berkembang," kata Dilaekha dalam sebuah diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Dia memaparkan pangan yang aman harus terbebas dari tiga jenis cemaran yakni cemaran biologi yang meliputi kuman atau bakteri, cacing parasit, dan protozoa.
Kemudian, cemaran kimia yang meliputi mikotoksin atau racun yang dihasilkan jamur, logam berat, dan bahan kimia berbahaya seperti boraks, formalin, dan pewarna tekstil. Lalu ada cemaran fisik yang mencakup kuku, serangga, rambut, dan kerikil.
Dilaekha menyebutkan, dalam menjaga keamanan pangan yang akan dikonsumsi, perlu menerapkan beberapa langkah penting.
Pertama, pastikan membeli pangan yang aman. Ia mengurutkan kategori makanan dari yang paling aman dibeli yakni makanan kering, roti-rotian, produk olahan susu, pangan segar atau dingin, pangan beku, dan yang terakhir adalah makanan siap saji.
Kedua, pastikan menyimpan pangan secara aman. Dilaekha menjelaskan penyimpanan pangan terbagi menjadi tiga kelompok yakni suhu ruangan untuk pangan kering, suhu kulkas yang bersuhu 4-8 derajat Celsius, dan suhu beku yakni -18 derajat Celsius yang biasa digunakan untuk pangan beku.
Dalam menyimpan pangan, ia menganjurkan menggunakan prinsip FIFO dan FEFO. FIFO atau First-In First-Out yang mengurutkan rotasi penyimpanan dan pengeluaran makanan berdasarkan lama waktu penyimpanannya.
"Untuk pangan segar kita biasanya menggunakan prinsip FIFO yaitu First-In First-Out jadi yang pertama kali masuk dia adalah yang pertama kali dikeluarkan," ujar Dilaekha.
Sedangkan FEFO atau First Expired First Out mengacu pada perputaran penyimpanan dan pengeluaran makanan berdasarkan waktu kadaluarsa. Prinsip ini umumnya digunakan untuk jenis pangan dalam kemasan.
Ketiga, pastikan pangan dimasak sampai matang sempurna, terutama segala jenis daging untuk memusnahkan semua kuman atau bakteri berbahaya yang ada di dalamnya.
"Kalau memasak daging, daging unggas kemudian daging merah, itu harus sampai matang supaya mikroorganisme yang ada di dalamnya itu mati sempurna," kata Dilaekha.
Ia tidak menganjurkan mengonsumsi daging atau telur dalam keadaan setengah matang karena berisiko menimbulkan penyakit yang disebabkan bakteri atau kuman berbahaya. Misalnya salmonella yang bisa menyebabkan demam, diare, hingga tifus.
Keempat, sajikan pangan secara aman yang berarti penyajiannya disesuaikan dengan peruntukannya. Misalnya sajian pangan hangat harus disajikan dalam suhu hangat, begitu pun sebaliknya.
Terakhir, menjaga kebersihan diri terutama dengan mencuci tangan sebelum mengolah maupun mengonsumsi makanan.
"Mencuci tangan jangan buru-buru. Semua bagian dari tangan kita harus terkena sabun dan air, mulai dari jempol, sela-sela jari, kuku tangan, dan telapak tangan harus terkena sabun dan air yang mengalir," imbuh Dilaekha.
Baca juga: Kemenkes edukasi pangan sehat dan aman cegah berbagai penyakit
Baca juga: Kepala BPOM baru bakal upayakan BPOM selevel dengan FDA internasional
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024