Bangkok (ANTARA News) - Sekitar 100 pengunjukrasa melanggar larangan penguasa, Jumat, dengan mengadakan kegiatan pertama menentang kalangan tentara yang mendepak Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Sekitar 30 pegiat duduk di sekitar Siam Paragon, pusat perbelanjaan terbesar dan termegah di ibukota Thailand, Bangkok, untuk melakukan unjukrasa secara damai, padahal penguasa melarang kegiatan berkumpul lebih dari lima orang setelah mengambil alih kekuasaan Selasa lalu. Namun, 20 polisi mengawasi unjukrasa itu tanpa melakukan tindakan apa pun, bergabung dengan puluhan wartawan dan kerumunan besar pengunjung mal yang ingin tahu. Salah seorang pegiat menutup mukanya dengan topeng putih bertuliskan "Kebebasan", sementara yang lain memegang spanduk bertuliskan "Tidak untuk Thaksin - Tidak untuk Kudeta". "Kami 100 persen menentang Thaksin, namun kudeta jauh lebih buruk," kata Nattasit Rakkjiattong, pelajar sekolah teknik berusia 20 tahun. "Yang kami inginkan adalah segala sesuatunya kembali seperti semula, sebelum 19 September," katanya merujuk pada hari kudeta terjadi, seperti dikutip AFP. "Kami tidak takut pada pemimpin kudeta," kata Giles Ji Aungpakorn, dosen ilmu politik di universitas Chulalongkorn sebelumnya. "Kami memiliki hak mengungkapkan pandangan politik kami," katanya. Jurubicara penguasa Letnan Jenderal Palangoon Klaharn meminta kerjasama pegiat politik di Thailand. "Kami memahami bahwa kami dapat berbeda dalam hal pendapat," katanya. "Tolong beri kami waktu 10 hari lagi," tambahnya mengenai tenggat, yang diberikan pemimpin kudeta bahwa mereka akan menunjuk perdana menteri dari kalangan masyarakat. "Tidak masalah jika beberapa di antara kalian tidak setuju dengan tindakan kami, namun, tolong mengerti apakah kegiatan kalian itu pantas atau tidak," katanya. Kalangan tentara Thailand melakukan kudeta tidak berdarah menentang Thaksin pada Selasa lalu. Pemimpin kudeta Jenderal Sonthi Boonyaratglin membekukan undang-undang dasar, membubarkan kabinet dan memberlakukan hukum keadaan darurat. Penguasa itu juga melarang semua kegiatan politik. Raja Thailand Bhumibol Adulyadej memberikan persetujuannya atas kepemimpinan tentara baru negeri itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006