“Sekarang sudah pada sadar, kalau sadar (kesehatan), BPJS-nya tentu tidak perlu mengeluarkan uang banyak, kalau masyarakatnya sehat, negara kuat,” kata Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti di sela membuka taman budaya di Lapangan Niti Mandala Renon, Kota Denpasar, Bali, Kamis.
Baca juga: Pola makan di usia 40 tahun tentukan kualitas hidup pada usia 70 tahun
Ia menambahkan pola hidup berkaitan dengan perilaku masyarakat, diantaranya dalam hal asupan makanan sehat.
Ali Ghufron menyarankan masyarakat untuk mengurangi makanan tinggi kolesterol, gula, garam yang berpotensi besar memicu penyakit lebih berat atau kronis.
Ia juga mengajak masyarakat rutin berolahraga untuk menyeimbangkan pola hidup sehat.
Selain dari sisi asupan dan olahraga, katanya, kesehatan mental juga berperan mendukung kesehatan yang dikontribusikan dari lingkungan, baik pekerjaan maupun rumah yang sehat.
“Jangan sampai lingkungan banyak masalah, misalnya perusahaan tidak mendukung kesehatan. Intinya lingkungan sehat, termasuk rumah sehat dan terakhir sistem layanan kesehatan,” tuturnya.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan hingga 1 Agustus 2024, jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencapai 276.520.647 jiwa atau 98,19 persen. Artinya, masih ada 1,81 persen penduduk di Indonesia yang belum terdaftar JKN.
Baca juga: MPR: Gerakan hidup sehat lahirkan generasi tangguh
Baca juga: Dokter gizi bagikan tips cegah kanker dan rekurensi dengan hidup sehat
Selama 2023, BPJS Kesehatan secara nasional mencatat biaya pelayanan kesehatan dari penyakit katastropik mencapai Rp34,7 triliun untuk hampir 30 juta kasus.
Jumlah itu naik dibandingkan pada 2022, yang mencapai Rp17 triliun untuk 17,8 juta kasus.
Biaya tersebut yang paling besar untuk penyakit jantung dengan biaya mencapai Rp17,6 triliun untuk 20 juta kasus.
Selain penyakit jantung, ada tujuh jenis penyakit katastropik lain atau penyakit yang membutuhkan perawatan berkala yang banyak menyedot biaya besar, yakni sirosis hati, gagal ginjal, gangguan sistem peredaran darah atau hemofilia, kanker, leukimia, stroke, dan talasemia.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024