"Mencegah itu lebih penting daripada mengobati, maka 3MPlus terus digalakkan dan masyarakat diajak membiasakan diri hidup bersih," kata Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Bangka Selatan, dr Agus Pranawa, di Toboali, Kamis.
Program 3MPlus yang dimaksud adalah menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Agus mengatakan itu menyikapi data kasus warga terserang DBD periode Januari hingga Juli 2024 sudah tercatat sebanyak 188 kasus dan enam di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Enam kecamatan yang terdapat kasus DBD di Bangka Selatan yakni Kecamatan Toboali 130 kasus, Airgegas 19 kasus, Payung 12 kasus, Lepar Pongok tujuh kasus, Kepulauan Pongok dua kasus dan Kecamatan Tukak Sadai 18 kasus.
"Jumlah kasus DBD di Bangka Selatan mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan jumlah 53 kasus," katanya.
Ia mengatakan, kasus DBD tertinggi terjadi pada tiga bulan terakhir yakni bulan Mei dengan jumlah 71 kasus, Juni 19 kasus dan Juli 21 kasus.
"Tahun sebelumnya terdapat dua kasus meninggal dunia akibat DBD. Sedangkan untuk tahun ini terdapat enam kasus meninggal dunia yakni di Kecamatan Tukak Sadai tiga kasus dan Toboali tiga kasus," ujarnya.
Ia mengimbau kalangan orang tua yang anaknya sakit untuk segera membawa dan memeriksa ke puskesmas terdekat untuk penanganan cepat.
"Ketika anak demam segera periksakan ke puskesmas terdekat, pastikan bukan disebabkan DBD," ujarnya.
Baca juga: RSUD Purwakarta tangani 818 pasien DBD
Baca juga: BNPB: Delapan orang meninggal karena malaria dan DBD di Nias Selatan
Pewarta: Ahmadi
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024