Jakarta (ANTARA) - Intel telah menemukan pelanggan cloud pertamanya untuk chip akselerator kecerdasan artifisial (AI) Gaudi 3 yaitu IBM Cloud.
Pada Kamis (29/8) waktu setempat, IBM dan Intel mengumumkan bahwa IBM Cloud akan mulai menawarkan Gaudi 3 kepada pelanggan pada awal tahun depan.
Akselerator chip ini akan tersedia untuk lingkungan hybrid dan on-premise, dan IBM berencana untuk mengaktifkan dukungan untuk Gaudi 3 dalam platform AI dan data Watsonx miliknya.
Baca juga: Siemens, IBM dan Red Hat luncurkan inisiatif hybrid cloud
"Memaksimalkan potensi AI sepenuhnya memerlukan ekosistem yang terbuka dan kolaboratif yang memberikan pilihan dan solusi yang mudah diakses oleh pelanggan," kata General Manager Divisi Pusat Data dan AI Intel Justin Hotard dalam sebuah pernyataan.
"Dengan mengintegrasikan akselerator AI Gaudi 3 dan CPU Xeon dengan IBM Cloud, kami menciptakan kapabilitas AI baru dan memenuhi permintaan akan solusi komputasi AI yang terjangkau, aman, dan inovatif," tambah dia.
Gaudi 3, yang diperkenalkan pada Desember 2023, dimaksudkan sebagai jawaban Intel terhadap chip AI dari pesaingnya, Nvidia dan AMD. Ini adalah akhir dari lini akselerator seri Gaudi yang diperoleh Intel melalui akuisisi Habana Labs senilai 2 miliar dolar AS (Rp31 triliun) pada tahun 2019.
Baca juga: IBM berkomitmen capai net zero gas rumah kaca pada 2030
Awal tahun ini, Intel memperkenalkan desain referensi Gaudi 3 yang dapat digunakan oleh mitra seperti Lenovo, Dell, HPE, dan Super Micro dalam server.
Desain ini mencakup bentuk baru konektivitas Ethernet yang dirancang untuk bersaing dengan teknologi konektivitas InfiniBand dari Nvidia. Mereka juga menggabungkan chip Gaudi 3 dengan seri prosesor Xeon 6 Intel.
Namun, Gaudi 3 hadir di saat yang sulit bagi Intel, yang sangat dirugikan oleh dominasi Nvidia.
Baca juga: "Hybrid cloud" akan semakin diminati di Indonesia dalam tiga tahun
Pada bulan April, Intel mengatakan bahwa mereka mengharapkan pendapatan sebesar 500 juta dolar AS (Rp7,7 triliun) dari Gaudi 3 pada tahun 2024, jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan 4,5 miliar dolar AS (Rp69 triliun) yang diharapkan AMD dari penjualan GPU seri Instinct MI300, dan 40 miliar dolar AS (Rp618 trilliun) yang diharapkan Nvidia dari bisnis pusat datanya.
Gaudi 3 menunjukkan kinerja yang mengesankan dalam hal nilai per dolar, menurut benchmark awal, tetapi menarik pelanggan yang sudah memiliki hubungan kuat dengan Nvidia merupakan tantangan.
Pada bulan Juli, CTO Intel Greg Lavender dengan optimistis mengatakan bahwa perusahaan bisa berada di posisi kedua dalam pasar chip AI di belakang Nvidia.
Baca juga: IBM akuisisi Red Hat senilai 34 miliar dolar
Sebulan kemudian, setelah melaporkan kerugian sebesar 1,6 miliar dolar AS (Rp24,7 triliun) untuk Q2, Intel mengatakan bahwa mereka akan mengeliminasi 15.000 pekerjaan dan agresif memotong biaya untuk menghemat 10 miliar dolar AS (Rp155 triliun) pada tahun 2025.
Untuk membuat situasi yang sudah buruk semakin buruk bagi Intel, Nvidia berencana untuk meningkatkan produksi chip AI generasi berikutnya, Blackwell, pada Q4 setelah penundaan manufaktur singkat.
Blackwell akan menawarkan kinerja hingga empat kali lipat dari H100, chip yang dibandingkan dengan Gaudi 3.
Intel telah dengan tegas tidak memberikan perbandingan dengan Blackwell, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat melakukannya hingga chip Blackwell tersedia secara publik. Demikian disiarkan TechCrunch, Kamis (29/8) waktu setempat.
Baca juga: Studi: WFH buat perusahaan makin beralih ke cloud
Penerjemah: Fathur Rochman
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024