Kabar itu datang dari orang dalam industri yang tak disebutkan namanya seperti dilaporkan GSM Arena pada Sabtu (31/8).
Sejauh ini, Samsung sebenarnya sudah terlibat di dalam industri infrastruktur jaringan lewat RAN, namun pangsa pasarnya terbilang kecil. Pada tahun lalu saja pangsa pasarnya hanya 6,1 persen secara global.
Baca juga: Samsung akuisisi startup teknologi AI dan grafik pengetahuan Inggris
Baca juga: Samsung akuisisi startup teknologi medis AI asal Prancis, Sonio
Maka masuk akal bagi Samsung untuk melakukan akuisisi sehingga mampu memperbesar cakupan dan kapasitasnya di industri.
Berdasarkan laporan tersebut angka yang diduga sebesar 10 miliar dolar AS (sekitar Rp155,4 triliun) untuk penjualan tersebut telah beredar.
Jika kesepakatan tersebut berhasil, Samsung secara efektif akan menjadi pemasok RAN terbesar kedua di seluruh dunia, dengan pangsa pasar sebesar 25,6 persen.
Nokia dalam beberapa tahun terakhir terus berjuang untuk berkompetisi dengan para pemain infrastruktur jaringan global lainnya seperti Huawei dan Ericsson.
Posisinya pun masih kuat dan bisa dibilang masih tergolong sebagai pemain utama dalam industri infrastruktur jaringan global.
Tidak heran jika Samsung mengincar Nokia karena cakupan dan kapasitas layanannya yang sudah besar.
Terlepas dari rencana akuisisi itu, Samsung sebenarnya sudah memiliki jalur yang jelas dalam industri infrastruktur jaringan.
Posisinya bukanlah pendatang baru dalam bisnis infrastruktur, karena perusahaan asal Korea Selatan ini sudah membuat stasiun pangkalan 4G dan 5G, chipset, perangkat, radio, dan peralatan inti.
Samsung di tingkat global juga telah memasok teknologi untuk operator jaringan di seluruh dunia termasuk Telus Canada, O2 di Jerman, Reliance Jio di India, KDDI dan NTT DoCoMo di Jepang, Dish dan Verizon di AS, serta Vodafone di Inggris.
Baca juga: CEO Samsung optimis potensi penggabungan dan akuisisi di 2024
Baca juga: Samsung ungkap adanya peluang merger dan akuisisi
Penerjemah: Livia Kristianti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024