“Ternyata orang itu melihat, yang sedang menunggu di bus stop, busnya cepat atau lama, ketika masuk halte, bus yang lewat ramai atau masih bisa menampung," ungkap Daud saat dijumpai di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, ketika armadanya ditambah, bus itu lebih cepat datang di bus stop atau lebih kosong. "Jadi lebih nyaman untuk naik, masyarakat jadi lebih senang," katanya.
Karena itu, TransJakarta akan menambah 500 unit yang terdiri dari 200 bus besar berukuran 12 meter, 100 unit bus sedang berukuran 8 meter dan 200 bus kecil. "Sehingga, pada tahun ini, total bus TransJakarta yang beroperasi sebanyak 5.000 unit," katanya.
Baca juga: Hari Pelanggan Nasional, direksi TransJakarta layani pelanggan
Daud juga menjelaskan, penambahan bus ini akan berdampak positif terutama di rute-rute yang padat. Misalnya koridor 1 rute Blok M-Kota.
Pada sore hari, rute lalu lintas di wilayah tersebut padat sehingga banyak masyarakat yang beralih menggunakan layanan TransJakarta.
Selain itu koridor 13 rute Tendean-Cileduk
karena jalur lalu lintas di wilayah tersebut juga ramai. Dengan penambahan bus di rute ini, jumlah penumpang juga akan meningkat karena bus lebih cepat sampai dan lebih nyaman ditumpangi.
Tak hanya di Jakarta, Daud berharap standar layanan transportasi umum di wilayah Jabodetabek juga bisa setara. Dengan demikian, masyarakat pun akan semakin banyak yang beralih menggunakan transportasi umum.
“Menurut saya, yang bisa mengakibatkan kelancaran jalur di Jakarta adalah ketika layanan Jabodetabek itu setara. Kalau sekarang kan belum ya," katanya.
Baca juga: DKI imbau peserta misa akbar gunakan transportasi umum
Di sini sudah bagus, busnya sudah 5.000 unit tapi daerah lain belum ada standar layanan yang sama.
"Jadi yang harus dilakukan dengan berubahnya status Jakarta jadi DKJ, adalah memperluas standar pelayanan yang baik di kota-kota sekitar," kata Daud.
Pihaknya pun siap dan terbuka apabila daerah lain seperti Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi mau belajar atau mengadopsi sistem yang diberlakukan oleh TransJakarta.
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024