upaya dekarbonisasi perlu kerja sama dari banyak pihak, terutama penyedia kendaraan, penyedia energi serta regulatorJakarta (ANTARA) - Direktur PT Astra International Tbk Henry Tanoto di Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa untuk mendukung dekarbonisasi, dibutuhkan teknologi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan mobilitas, kapasitas serta kebijakan publik.
Menurut Henry, dekarbonisasi tidak sebatas tentang kendaraan yang digunakan, namun seluruh proses terkait kendaraan itu, seperti manufaktur, kendaraan, hingga proses daur ulangnya.
"Kenapa kita perlu menyediakan banyak teknologi? Kenapa tidak cuma satu teknologi? Karena kita melihat sebenarnya ada dua alasan utama," katanya.
Pertama, katanya, tiap negara memiliki kebutuhan dan mobilitas yang berbeda-beda. Satu negara, katanya, bisa jadi punya daya beli lebih tinggi, sehingga mampu membeli kendaraan yang lebih mahal.
Namun negara lain, dia menambahkan, mungkin pola mobilitasnya berbeda, sehingga butuh kendaraan yang berbeda, contohnya yang lebih besar atau lebih kecil.
Baca juga: Vale Indonesia sebut telah reklamasi 67 persen lahan pertambangan
Baca juga: RI pastikan kepastian hukum untuk pacu investasi energi terbarukan
"Beberapa negara punya infrastruktur yang lebih bagus untuk mendukung proses elektrifikasi, misalnya. Tapi negara-negara lain, sebenarnya masih banyak orang yang bermobilisasi di daerah pedesaan," katanya.
Alasan kedua, kata Henry, adalah energi yang dipakai setiap negara. Menurutnya, masing-masing memiliki sumber-sumber energi terbarukan yang berbeda-beda. Selain itu, katanya, tiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda mengenai hal itu.
Pihaknya menilai bahwa dengan memberikan berbagai opsi teknologi kendaraan, dekarbonisasi secara global dapat tercapai secara lebih cepat, karena publik bisa memilih teknologi yang paling cocok untuk mereka.
Selain itu, katanya, saat berbagai teknologi digunakan, hal itu dapat mempercepat peralihan pilihan untuk mobilitas publik, dari yang awalnya memakai kendaraan dengan emisi karbon tinggi akhirnya memakai yang rendah karbon.
"Mereka bisa memilih mesin biofuel yang efisien, dan mungkin mereka bisa memakai yang hybrid. Dan juga mereka bisa memakai BEV (battery electric vehicle), bahkan juga fuel cell EV)," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya mendukung dekarbonisasi dengan cara memberikan berbagai pilihan teknologi tersebut bagi publik.
Henry juga mengatakan upaya dekarbonisasi perlu kerja sama dari banyak pihak, terutama penyedia kendaraan, penyedia energi serta regulator.
Baca juga: Presiden di ISF pamer RI punya PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara
Baca juga: Luhut pastikan transisi energi RI pacu pengembangan industri hijau
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024