kinerja perekonomian masih cukup positif dan cenderung stabil dengan tingkat inflasi inti masih terjaga dan neraca perdagangan yang surplusJakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan sektor jasa keuangan Indonesia terjaga stabil didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi geopolitik serta perlambatan perekonomian global.
“Kinerja perekonomian global secara umum masih melemah dengan inflasi termoderasi diiringi dengan 'cooling down' pasar tenaga kerja di Amerika Serikat di tengah ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga kebijakan dari bank sentral Amerika, FFR, di tahun 2024,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar di Jakarta, Jumat.
Dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan Agustus 2024, Mahendra menuturkan di pasar domestik, kinerja perekonomian masih cukup positif dan cenderung stabil dengan tingkat inflasi inti yang masih terjaga dan neraca perdagangan yang tercatat surplus. Namun, perlu dicermati pemulihan daya beli yang saat ini berlangsung relatif lambat.
Di Eropa, indikator perekonomian belum solid di tengah inflasi yang persisten dan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga bank sentral pada September 2024. Begitu juga di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi melambat dengan "decoupling demand" yang terus berlanjut.
Baca juga: OJK catat kerugian akibat investasi ilegal lebih dari Rp130 triliun
Baca juga: OJK sebut akumulasi dana pensiun berpotensi capai 20 persen dari PDB
Tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika politik di Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden pada November 2024 serta potensi instabilitas di Timur Tengah dan juga Rusia akibat berlanjutnya perang di kedua kawasan itu. Selanjutnya, pelemahan demand secara global juga turut menyebabkan harga komoditas melemah.
Di tengah perkembangan yang didorong terutama oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed dalam waktu dekat ini, pasar keuangan emerging market mayoritas menguat terutama di pasar obligasi dan nilai tukar.
Di tengah tingginya ketidakpastian akibat eskalasi tensi geopolitik global, OJK tetap mewaspadai faktor risiko tersebut dan potensi dampak rambatannya terhadap sektor jasa keuangan agar dapat mengambil langkah antisipatif.
OJK juga meminta industri jasa keuangan untuk memonitor downside risk secara berkala dan melakukan langkah mitigasi yang diperlukan seperti menyediakan buffer yang memadai dan pelaksanaan uji ketahanan secara periodik.
Baca juga: OJK dorong perempuan bijak gunakan "paylater"
Baca juga: OJK 'blacklist' pelaku judi online hingga tak bisa akses jasa keuangan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024