Skema pendanaan campuran memang menjadi instrumen yang sangat efektif untuk mempercepat transisi energi di negara berkembangJakarta (ANTARA) - Menjadi hal yang menarik ketika Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Pendanaan Iklim Mari Elka Pangestu dalam sesi tematik Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta berbicara tentang skema pendanaan campuran (blended finance).
Pendanaan campuran inilah yang disebutnya akan sangat membantu negara berkembang untuk mewujudkan transisi energi sehingga bisa mencapai target nol emisi karbon yang ditetapkan secara global.
Faktanya memang skema keuangan yang berasal dari berbagai sumber itu bisa membantu negara berkembang untuk mengejar kesenjangan pendanaan sebesar 1--3 triliun dolar AS.
Apalagi dalam beberapa waktu terakhir, transisi
energi menjadi isu global yang mendesak. Negara-negara berkembang, dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, menghadapi tantangan unik dalam mencapai target energi bersih.
Salah satu kendala utama adalah keterbatasan akses terhadap pendanaan yang diperlukan untuk investasi teknologi energi bersih. Oleh karena itu, seperti disampaikan Mari, di titik inilah kemudian peran pendanaan campuran menjadi sangat krusial.
Pendanaan campuran merupakan sebuah pendekatan inovatif yang menggabungkan berbagai sumber pendanaan, seperti dana publik, swasta, dan filantropi untuk proyek-proyek pembangunan berkelanjutan.
Mekanisme ini memungkinkan mobilisasi dana yang lebih besar dan risiko yang terdistribusi pun lebih merata sehingga proyek-proyek yang sebelumnya dianggap tidak layak secara finansial, menjadi lebih menarik bagi investor.
Melalui pendanaan campuran ada berbagai peluang positif yang bisa dipetik. Pendanaan campuran dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi investasi swasta dalam proyek-proyek energi bersih.
Dengan adanya dukungan dana publik dan filantropi, risiko investasi dapat diminimalisasi sehingga menarik minat investor swasta untuk berpartisipasi.
Di samping itu, pendanaan campuran dapat digunakan untuk membiayai pengembangan dan penerapan teknologi energi bersih yang inovatif, yang sering kali membutuhkan investasi awal yang besar.
Pada akhirnya, skema itu mampu mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Semua memahami bahwa transisi energi tidak hanya tentang mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga tentang meningkatkan akses terhadap energi bersih, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan.
Di sinilah pendanaan campuran dapat berperan membantu mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan secara lebih efektif.
Implementasi
Terlepas dari berbagai kontroversi yang muncul dalam beberapa waktu terakhir, salah satu contoh penerapan pendanaan campuran yang paling menonjol adalah inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP).
Melalui JETP, negara-negara maju berkomitmen untuk memberikan dukungan finansial kepada negara-negara berkembang dalam upaya transisi energi.
Dana tersebut dapat digunakan untuk berbagai proyek, seperti pengembangan energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pembangunan infrastruktur yang mendukung transisi energi.
Di Afrika Selatan, misalnya, terdapat cadangan batu bara yang besar dengan ketergantungan yang tinggi pada energi fosil. Maka JETP masuk menawarkan dukungan finansial dan teknis untuk membantu negara ini beralih ke energi bersih.
Pendanaan campuran tersebut digunakan untuk mendukung proyek-proyek seperti pengembangan energi terbarukan (tenaga surya, angin), peningkatan efisiensi energi di industri, dan pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik.
Hasilnya, JETP mulai menarik minat investor swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek energi bersih di Afrika Selatan. Selain itu, program ini juga mulai menunjukkan arah kontribusinya pada penurunan emisi gas rumah kaca dan peningkatan akses terhadap energi bersih.
Sementara itu di India dikembangkan Platform for Accelerating Clean Energy (PACE). Sebagaimana dipahami bahwa India memiliki ambisi besar untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan dan mengurangi emisi. Maka PACE dirancang untuk mempercepat investasi swasta dalam proyek-proyek energi bersih.
Platform ini menyediakan berbagai instrumen keuangan, seperti jaminan kredit dan dana ekuitas untuk mengurangi risiko investasi dan menarik minat investor.
Kini, PACE mulai berhasil memobilisasi dana yang signifikan untuk proyek-proyek energi terbarukan di India. Platform ini juga telah berkontribusi pada penurunan biaya energi terbarukan dan peningkatan daya saing sektor energi.
Indonesia pun telah merintis Lembaga Pengelola Investasi (LPI) karena menyadari bahwa negeri ini memiliki potensi energi terbarukan yang besar, namun masih menghadapi tantangan dalam menarik investasi swasta.
Maka LPI pun didirikan untuk mengelola dana investasi yang berasal dari berbagai sumber, termasuk dana pensiun dan dana swasta, untuk proyek-proyek infrastruktur, termasuk energi.
Meski masih terus dikembangkan, LPI mulai berhasil menarik minat investor swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek energi bersih di Indonesia.
Kunci Keberhasilan
Memang belum ada skema pendanaan campuran yang telah terimplementasikan dengan ideal. Bahkan di Afrika Selatan, JETP dianggap kurang mampu mewadahi masukan dari berbagai pemangku kepentingan terkait penggunaan dana investasi yang masuk. Progres kerjanya juga dianggap sangat lambat.
Namun keberadaannya tetap diperlukan mengingat target transisi energi yang harus dicapai.
Hanya saja ke depan memang ada beberapa faktor kunci keberhasilan penerapan pendanaan campuran di antaranya terkait pentingnya untuk memperhatikan desain instrumen keuangan yang inovatif. Instrumen keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan proyek dan risiko yang ada sangat penting untuk menarik minat investor.
Hal lain yang juga penting yakni harus ada dukungan kebijakan pemerintah yang kuat. Kebijakan yang mendukung investasi dalam energi bersih, seperti insentif fiskal dan regulasi yang jelas, sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif.
Di sisi lain harus pula terjalin kemitraan yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan internasional untuk memastikan keberhasilan proyek-proyek pendanaan campuran.
Pada akhirnya pengelolaan risiko yang efektif harus pula diperhatikan dengan saksama. Risiko investasi dalam proyek-proyek energi bersih perlu dikelola dengan hati-hati untuk menghindari kerugian.
Penting untuk digarisbawahi bahwa setiap negara memiliki konteks yang berbeda sehingga penerapan pendanaan campuran perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara.
Skema pendanaan campuran, secara teoritik, memang menjadi instrumen yang sangat efektif untuk mempercepat transisi energi di negara berkembang.
Dengan menggabungkan sumber daya yang beragam, pendanaan campuran dapat mengatasi kendala finansial yang sering kali menghambat investasi dalam teknologi energi bersih.
Namun, untuk mencapai potensi penuhnya dalam implementasi, perlu upaya yang lebih besar untuk mengatasi tantangan yang ada dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi dalam proyek-proyek energi bersih.
Forum seperti ISF 2024 di Jakarta setidaknya menjadi ajang inisiatif Pemerintah Indonesia bagi para pemimpin dunia dari berbagai sektor dan negara untuk dapat bertukar pikiran dan pengetahuan sekaligus memberikan solusi dan praktik terbaik transisi energi termasuk pendanaannya.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024