Siswa MAN 2 Kota Malang, Gaea Alexa Sulthana di Ternate, Jumat, menjelaskan dalam serangkaian uji laboratorium siswa MAN 2 Kota Malang yang dipamerkan ditemukan bahwa ekstrak buah Loa dapat berperan sebagai Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor.
Artinya, ekstrak Loa secara efektif cukup baik menghambat enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon angiotensin II. Hormon inilah yang dituding biang keladi penyempitan pembuluh darah sehingga memicu naiknya tensi darah.
"Ini membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh," ujar siswi kelas XI MIPA 8 ini.
Baca juga: Kemendikbudristek dukung pengembangan penelitian siswa lewat OPSI
Baca juga: Siswa kembangkan perangkat lunak bagi nelayan berlayar tanpa solar
Dia menyebut, sekumpulan pohon misterius yang tumbuh di Malang, Jawa Timur ternyata memilik khasiat luar biasa melawan hipertensi.
Hal ini terungkap pada penelitian yang dilakukan oleh siswa MAN 2 Kota Malang, yang diwujudkan dalam karya ilmiah berjudul "Analisis Aktivitas Antioksidan Senyawa Buah Loa Petirtaan watugede Sebagai Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor Berbasis Molecular Docking".
Hasil penelitiannya dipamerkan dalam Expo Myres (Madrasah Young Researcher Supechamp) 2024 yang dihelat di Hotel Bela, Ternate, 3-7 September 2024 berjudul Analisis aktivitas antioksidan senyawa buah loa petirtaan watugede sebagai angiotensin-converting enzyme inhibitor berbasis molecular docking.
Gelaran Myres adalah agenda tahunan Kementerian Agama, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang disandingkan dengan Kompetisi Sains Madrasah (KSM). Rangkaian acara KSM-Myres digelar di tiga venue berbeda di Ternate, yaitu Hotel Bela, UIN Ternate, dan Asrama Haji Ternate.
Di situs Petirtaan Watugede, yang terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tumbuh banyak sekali pohon tradisional langka yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan pohon Loa. Pohon kayu setinggi 10 meter ini memiliki buah bulat bergerombol yang berwarna hijau dan berubah menjadi merah bila sudah matang.
Rasanya cukup hambar, kurang enak dimakan dan agak sulit diolah. Untuk itu berton-ton buah Loa hanya menjadi timbunan sampah membusuk yang di Kabupaten Malang. Hal ini menggerakkan dua siswa MAN 2 Kota Malang bernama Gaea Alexa Sulthana (16) dan Bylqhiz Ghanisah Bustomi (16) untuk menelitinya.
Selama satu bulan riset, ditemukan ternyata buah ini cukup ampuh menangkal radikal bebas penyebab hipertensi.
"Mekanisme ACE Inhibitor sudah lama dikenal dalam ilmu medik. Enzim yang dihasilkan dalam mekanisme ACE Inhibitor ini dapat pula membantu mencegah atau mengatasi kerusakan ginjal dengan cara mengurangi tekanan di pembuluh darah ginjal," kata Gaea Alexa Sulthana (16) dan didampingi Bylqhiz Ghanisah Bustomi (16).
Penelitian ini menggunakan juga teknik molecular docking, yaitu teknik komputasi yang digunakan untuk memprediksi interaksi antara dua atau lebih molekul, sehingga dapat dipakai untuk mendesain obat.
Ide penelitian ini, lanjut Gaea Alexa Sulthana, bermula dari fakta terbuangnya banyak sekali buah Loa yang jatuh tanpa manfaat. "Kemudian kita coba teliti kandungannya serta manfaat yang dapat dipakai dari sifat kimiawi buah ini," katanya.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah, buah Loa (ficus facemosa) memiliki kandungan antioksidan tinggi dari jenis triterpenoid, fenolik, flavonoid, alkaloid, tannin, dan saponin yang mampu menangkal radikal bebas biang keladi hipertensi.
Dalam buah Loa, seluruhnya ada 12 senyawa yang secara efektif menggempur pengapuran pembuluh darah. Menurut hasil lab, ekstrak metanol Loa memiliki nilai IC50 sebesar 69,05 µg/ml, yang tergolong kuat menangkal radikal bebas.
Sifat-sifat buah Loa itu sangat cocok dengan kebutuhan medik di Indonesia, di mana hipertensi masih menjadi silent killer utama di negeri ini. Prevalensi penderita darah tinggi di Indonesia mencapai 63 juta orang, yang diperkirakan meningkat hingga 29% pada tahun 2025.
Sementara itu, guru pembimbing penelitian ini, Wila Azaria mengatakan, temuan ini baru menjadi konsep, belum diracik sebagai produk yang siap pakai. Namun temuan siswa MAN 2 Kota Malang ini telah mengantongi Surat Pencatatan Penciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM RI.
"Untuk dapat menjadi obat yang siap dikonsumsi masih memerlukan proses lanjutan," lanjut Wila.
Menurut dia masih harus dicoba ditambahkan pelarut untuk menghasilkan karakteristik yang lebih baik. Kemudian masih perlu pengujian high performance liquid chromatography (HPLC) dan tentu saja pengujian in vivo, yaitu pengujian yang dilakukan pada organisme hidup, seperti hewan atau manusia.
Baca juga: Jatim pertahankan juara umum Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia
Baca juga: Surabaya pecahkan rekor MURI lomba penelitian terbanyak siswa SD-SMP
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024