Jakarta (ANTARA News) - Pemain biola legendaris Indonesia, Idris Sardi, meminta anaknya aktor Lukman Sardi untuk total dalam berkarya.

"Entah ini pesan atau bukan tapi bapak pernah bilang kepada saya untuk menjaga anak-anak," kata Lukman Sardi kepada ANTARA News usai pemakaman di TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Senin (28/4).

"Tapi pesan paling besar yang saya terima bahwa dalam hidup itu harus bertanggung jawab, disiplin, berprinsip, dan itu pesan yang sangat berguna bagi saya," kata pria 42 tahun ini.

Ia mengatakan bahwa mendiang ayahnya adalah pribadi yang keras dan disiplin tetapi dalam beberapa hal tertentu.

"Papa disiplin dan keras tapi untuk hal-hal tertentu, misal waktu kecil dulu saya harus bangun jam lima pagi untuk belajar biola," kenang Lukman.

Lukman menambahkan, "mungkin dia bukan orang yang ekspresif, bukan orang yang gampang bilang I love you, tapi dari tindakannya terlihat tanpa diucapkan."

Semasa kuliah Lukman pernah menuliskan puisi karena sulit mengungkapkan sesuatu kepada ayahnya yang keras.

"Dulu saya pernah menulis puisi, dan seumur hidup saya tidak pernah melihat papa menangis," kenangnya. " Rupanya tanpa sepengetahuan saya puisi itu masih dia simpan."

Lukman juga mengenang ayahnya sebagai sosok yang membebaskan anaknya untuk memilih pekerjaan, tidak harus mengikutinya sebagai seorang seniman.

"Dia sangat membebaskan anaknya untuk berkarya tapi harus komitmen. Kata papa saya harus total," ungkap Lukman.

Lukman mengungkapkan, "Waktu itu bicara soal Piala Citra, bapak bilangnya kamu harus kayak bapak dapat sepuluh."

Idris Sardi meninggal di usia 75 tahun pagi ini pukul 7.25 WIB di rumah sakit Melia Cibubur. Lukman mengakui kondisi ayahnya memang sudah menurun sejak dua hari yang lalu.

"Dua hari papa memang drop, kondisinya kurang baik, atas inisatif Bang Fadli Zon dibawalah ke rumah sakit," katanya.

Lukman menambahkan, "Dua hari kondisinya memang begitu, walaupun ada optimisme dia akan sembuh tetapi memang dia susah makan, tapi dia juga masih semangat untuk ngomong, ngobrol."

"Jam tiga pagi tadi kondisi papa menurun, papa sudah tidak bereaksi, karena biasanya jam segitu masih ngajak ngomong, sampai dipanggil Tuhan pukul tujuh lewat tadi pagi,"

Lukman mengatakan selama di rumah sakit ayahnya justru sering mengingat soal musik dan aktivitasnya mengajar.

"Justru selama di rumah sakit dia ingatnya seperti di rumah. Masih pengen ngajar, ada dua muridnya datang kemudian mau ngajar, ngomongin musik," katanya.

"Beberapa waktu lalu pas kami lagi berkumpul papa selalu minta di foto, bahkan lagi ngobrol saja minta difoto," tutup Lukman Sardi.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014