Penelitian itu melibatkan beberapa institusi, termasuk Institut Warisan Budaya dan Arkeologi Provinsi Henan (Henan Provincial Institute of Cultural Heritage and Archaeology/HICHA) dan Universitas Xiamen. Hasilnya dirilis dalam edisi terbaru Science Bulletin, sebuah jurnal akademis multidisiplin yang disupervisi oleh Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS) dan disponsori bersama oleh CAS dan Yayasan Ilmu Pengetahuan Alam Nasional China.
Dengan menggunakan teknik pengambilan DNA kuno, para peneliti mendapatkan delapan genom yang tidak berhubungan untuk digunakan dalam analisis genetik populasi untuk pertama kalinya. Mereka menemukan bahwa 57 hingga 92 persen komponen genetik kelompok etnis Han China berasal dari orang-orang Neolitik yang tinggal di bagian tengah Sungai Kuning, khususnya orang-orang dari budaya Yangshao.
Penelitian DNA tersebut juga mendukung teori bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar Sungai Kuning ribuan tahun yang lalu berkontribusi pada pembentukan genetik orang-orang yang tinggal di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang dan di China barat daya saat ini, dengan 70 hingga 80 persen komponen genetik orang Tibet dan sebagian besar dari kelompok etnis seperti Miao dan Zhuang berasal dari orang-orang Neolitik yang tinggal di bagian tengah Sungai Kuning.
Pada 1921, penggalian pertama di situs Desa Yangshao di wilayah Mianchi, Provinsi Henan, menandai lahirnya arkeologi China modern.
Berasal dari sekitar bagian tengah Sungai Kuning dan sudah ada sejak 5.000 hingga 7.000 tahun yang lalu, budaya Yangshao dianggap sebagai salah satu kontributor penting bagi peradaban China.
Wei Xingtao, deputi kepala HICHA, mengatakan bahwa penelitian terbaru ini mengisi kekosongan dalam data paleo-genomik tentang orang-orang Neolitik yang tinggal di sepanjang bagian tengah Sungai Kuning, dan bahwa penelitian tersebut penting untuk memahami sejarah orang-orang Neolitik tersebut, serta asal-usul dan penyebaran peradaban China.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024