Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, Budi mengatakan bahwa setiap tahun 700 ribu orang kehilangan nyawa akibat bunuh diri. Kenyataan tersebut, katanya, mengingatkan bahwa setiap orang dapat berperan dalam mencegah tragedi bunuh diri.
“Bunuh diri dan gangguan jiwa bukanlah sesuatu yang jauh dari kita. Gangguan jiwa itu nyata, tidak ada yang kebal dari gangguan jiwa. Kita tidak pernah tahu siapa di antara kita yang mungkin sedang berjuang dalam keheningan,” ujar dia menuturkan.
Pihaknya pun mendorong setiap orang untuk berani memulai percakapan mengenai kesehatan jiwa, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, maupun di tempat kerja. Dengan membangun komunitas yang suportif, katanya, setiap orang turut berperan dalam membangun dunia di mana hidup selalu layak diperjuangkan.
“Saya ingin kita semua bertanya: Jika Anda, atau orang yang Anda cintai merasa putus asa, bagaimana Anda ingin orang-orang di sekitar Anda merespons? Mari kita wujudkan dunia di mana semua orang merasa ada harapan dan dukungan, sebelum semuanya terlambat.”
Dia menambahkan, Kemenkes berkomitmen menghapus stigma terkait gangguan jiwa dan membangun masyarakat yang peduli, di mana setiap individu merasa didengar dan diterima.
Menurut dia, tidak apa-apa jika merasa tidak baik dan mencari pertolongan.
Untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri pada Selasa (10/9), Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi yang berada di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menyelenggarakan webinar tentang tantangan dan prioritas pencegahan bunuh diri di Indonesia.
Secara global, tema peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri pada 2024 adalah “Changing the Narrative on Suicide – Mengubah Narasi tentang Bunuh Diri.”
Baca juga: Dokter: Narasi seputar bunuh diri perlu diubah guna pencegahan
Baca juga: Cegah keinginan bunuh diri dengan menjaga tubuh tetap aktif
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024