Jakarta (ANTARA) - Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) memperkenalkan aplikasi pemetaan dasar laut berbasis satelit HidroSDB35 untuk membantu operasi khusus dan kedaruratan di laut.
Komandan Pushidrosal Laksamana Madya TNI Budi Purwanto menjelaskan aplikasi itu dibuat dan dikembangkan oleh personel Pushidrosal dan para ahli dari dalam negeri.
“HidroSDB35 diharapkan menjadi aplikasi yang mampu mendukung berbagai macam aktivitas operasi hidrografi diantaranya operasi militer, keselamatan pelayaran, dan penelitian ilmiah,” kata Danpushidrosal Laksdya TNI Budi Purwanto saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Danpushidrosal pertama kali menunjukkan ke publik aplikasi HidroSDB35 dalam acara peringatan HUT Ke-79 TNI Angkatan Laut di atas KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992, saat berlayar di Teluk Jakarta, Selasa (10/9). Dalam acara peluncuran itu, Danpushidrosal menjelaskan kegunaan aplikasi tersebut ke Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali.
Danpushidrosal menjelaskan angka “35” yang dalam nama aplikasi itu merujuk pada hasil uji aplikasi itu di tiga perairan Indonesia yang masing-masing punya karakteristik berbeda, yaitu di perairan Indonesia barat, tengah, dan timur. Tahapan pengujian itu, dia melanjutkan berlangsung selama 5 bulan.
HidroSDB35, sebagaimana namanya satellite derived bathymetry (SDB), menggunakan data citra satelit, foto udara, dan video yang diambil dari pesawat maupun pesawat nirawak, untuk membuat peta batimetri (dasar laut). Fitur utama dari aplikasi itu mencakup pengunduhan data otomatis, koreksi citra satelit, dan prediksi kedalaman berdasarkan penggambaran optik. Data-data itu, sebagaimana dijelaskan oleh Dinas Penerangan Pushidrosal, berguna untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam pengolahan data batimetri.
Dinas Penerangan Pushidrosal lanjut menjelaskan HidroSDB35 mampu memproses semua citra satelit dengan ketelitian 1–2 meter. Kemudian, software-nya dikembangkan dengan metode deep-learning yang dapat diperbaharui untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi survei dan pemetaan.
Pushidrosal juga menyebut HidroSDB35 bakal tersedia secara komersial untuk pemetaan pantai dan pesisir, identifikasi terumbu karang, padang lamun, dan bahaya navigasi lainnya. Hasil identifikasi itu dapat menjadi bahan pemetaan cepat yang dibutuhkan untuk operasi khusus dan kedaruratan, misalnya seperti operasi pendaratan amfibi, operasi bantuan kebencanaan, operasi evakuasi daerah terisolir, dan untuk memenuhi kebutuhan keselamatan pelayaran.
Baca juga: Pushidrosal dan IC-ENC bahas persiapan pakai standar peta laut S-100
Baca juga: KSAL proyeksikan tambahan kapal hidro-oseanografi atau sensor
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024