“Pendidikan adalah kunci utama untuk masa depan bangsa. Pendidikan inklusif tidak hanya memastikan akses bagi semua, tetapi juga menjamin kualitas yang merata, terutama di wilayah-wilayah yang tertinggal,” kata Arif dalam kegiatan The 45th Strategic Talks bertema tema “Pendidikan Inklusif untuk Mewujudkan Indonesia Maju 2045”, di Kota Bogor, Jumat.
Arif menekankan kolaborasi antara lembaga pendidikan dan pemerintah merupakan kunci untuk mewujudkan pendidikan yang berdaya saing global dan berkelanjutan.
Baca juga: KND apresiasi kolaborasi Kemendikbudristek untuk pendidikan inklusif
Untuk menjadi negara besar pada 2045, kata dia, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kuat. Indonesia pun memiliki peluang untuk memiliki SDM yang kuat, karena sedang merasakan adanya bonus demografi.
“Bonus demografi di Indonesia pada tahun 2030 puncaknya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, dengan memperkuat sistem pendidikan kita,” ujarnya.
Sebagai contoh, kata Arif, di negara China bonus demografi dimanfaatkan tahun 1982, di Korea pada 1987, sedangkan di Jepang pada 1955.
Oleh karena itu, kata dia, Indonesia harus belajar dari tiga negara tersebut dalam memanfaatkan bonus demografi, sehingga mampu mendongkrak pembangunan.
Baca juga: Kemendikbud sosialisasi modul pendidikan inklusif bagi pendidik
“Oleh karena itu, untuk memanfaatkan bonus demografi adalah dengan terus menyempurnakan pendidikan kita, dan akan menghasilkan lulusan yang menjadi pembelajar sepanjang hayat. Jadi, mentalnya harus mental pembelajar,” ucapnya.
Di sisi lain, Arif mengatakan Indonesia juga menghadapi tantangan berupa dunia yang berubah sangat cepat. Dari hasil studi yang dibacanya, dalam lima tahun ke depan keterampilan yang relevan hanya tersisa 60 persen.
Pasalnya, kecepatan perubahan teknologi yang ada membuat kebutuhan keterampilan kian berubah. Oleh karena itu, keterampilan yang dibutuhkan saat ini adalah keterampilan untuk memecahkan masalah.
Baca juga: Kemendikbud luncurkan Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif
“Itu hasil penelitian, bahwa memecahkan masalah adalah keterampilan yang diperlukan pada abad ini, karena dinamika perubahan begitu luar biasa, pasti muncul masalah sehingga seni menyelesaikan masalah harus kita kuatkan,” katanya.
Pewarta: Shabrina Zakaria
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024