akibat peningkatan impor menjelang puasa dan hari raya serta repatriasi pendapatan dan pembayaran bunga
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan diperkirakan akan meningkat pada triwulan II dan III (Q2-Q3) 2014, sesuai dengan pola musimannya.

"Meningkatnya defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua dan ketiga antara lain akibat peningkatan impor menjelang puasa dan hari raya serta repatriasi pendapatan dan pembayaran bunga," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat jumpa pers, di Jakarta, Kamis.

Namun, lanjut Agus, secara keseluruhan tahun 2014 defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap dapat ditekan di bawah tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kita harapkan perbaikan akan terus berjalan dan di 2014 defisit akan ada di bawah tiga persen," ujar Agus.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sendiri membaik pada triwulan I 2014. NPI diperkirakan kembali mencatat surplus ditopang menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya aliran masuk modal asing.

"Defisit transaksi berjalan triwulan I 2014 diperkirakan 2,06 persen dari PDB, turun dari defisit pada triwulan IV 2013 sebesar 2,12 persen dari PDB," kata Agus.

Penurunan defisit transaksi berjalan, lanjut Agus, dipengaruhi oleh kontraksi impor non-migas sejalan dengan moderasi pertumbuhan ekonomi, meskipun ekspor juga mencatat kontraksi.

Perbaikan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi penurunan defisit neraca jasa, khususnya jasa pengangkutan, sejalan dengan menurunnya kegiatan impor.

Sementara itu, aliran masuk modal asing baik dalam bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio tercatat meningkat didorong sentimen positif terhadap perbaikan fundamental ekonomi Indonesia.

Aliran masuk modal asing tercatat masih berlanjut pada bulan April 2014. Dengan perkembangan positif pada NPI tersebut pada April 2014, cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi 105,6 miliar dolar AS, setara 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Ke depan, kami akan terus memantau beberapa risiko global dan domestik yang dapat mempengaruhi prospek defisit transaksi berjalan dan ketahanan eksternal, termasuk mengenai perkembangan Utang Luar Negeri milik swasta," ujar Agus.

(C005)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014