"Sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional, ia mengingatkan semua pihak yang terlibat bahwa warga sipil bukanlah target serangan dan harus dilindungi setiap saat. Bahkan satu korban sipil saja sudah terlalu banyak," demikian menurut sebuah pernyataan.
"Perkembangan hari ini menandai eskalasi yang sangat mengkhawatirkan dalam konteks yang sudah sangat tidak stabil dan tidak dapat diterima," menurut pernyataan tersebut.
Pernyataan ini muncul setelah sedikitnya sembilan orang, termasuk anak-anak, tewas dan ribuan lainnya terluka dalam ledakan serentak alat penyeranta (pager) di sejumlah wilayah di Lebanon.
Hennis-Plasschaert mendesak semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dari "tindakan lebih lanjut atau retorika yang menghasut," yang dapat memicu ketegangan yang lebih luas, yang tidak diinginkan oleh siapa pun.
Ia menekankan pentingnya segera memulihkan ketenangan dan mendorong semua pihak "untuk mengutamakan stabilitas sebagai hal yang utama."
Kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, menuduh Israel bertanggung jawab penuh atas ledakan nirkabel tersebut dan bersumpah akan melakukan "pembalasan yang adil dari tempat-tempat yang tak terduga."
Tidak ada komentar langsung dari pihak Israel.
Ledakan massal ini terjadi di tengah serangan lintas perbatasan antara Hizbullah dan Israel, dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 41.200 korban, kebanyakan wanita dan anak-anak, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Sumber: Anadolu
Baca juga: 9 tewas dan ribuan terluka dalam ledakan masal penyeranta di Lebanon
Baca juga: PBB sangat khawatir akan ledakan penyeranta mematikan di Lebanon
Baca juga: Utusan AS tiba di Israel untuk cegah perang besar dengan Hizbullah
Penerjemah: Primayanti
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024