Salah satu upayanya adalah masyarakat bisa menyiapkan tas darurat yang berisi barang-barang penting untuk diselamatkan saat bencana.
"Misalnya untuk kejadian 'range'-nya 3 hari sampai seminggu. Itu kebutuhan-kebutuhan dasar tentunya seperti pakaian, obat-obatan, lalu surat-surat penting bisa disiapkan di 'emergency bag'," kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kebencanaan BPBD DKI Jakarta Mohamad Yohan di Balai Kota Jakarta, Rabu.
Selain itu, masyarakat juga bisa melakukan pemindaian (scan) pada surat-surat penting tersebut dan menyimpan datanya di ponsel agar apabila terjadi bencana surat-surat tersebut pun tetap tersimpan dengan aman.
Baca juga: Ini 10 tips menghadapi gempa megathrust di Jakarta
Baca juga: BMKG ingatkan pentingnya investasi mitigasi gempa megathrust Jakarta
Tak kalah penting, Yohan juga mengimbau agar masyarakat menyiapkan uang tunai dalam tas darurat tersebut. Sebab pada saat bencana, mungkin saja jaringan telekomunikasi hilang sehingga transaksi perbankan seperti transfer atau penggunaan QRIS tidak dapat dilakukan.
"Contohnya, kayak kemarin bencana di China. Ada satu kota itu semuanya sudah 'cashless'. Ternyata 'blank out', banjir. Jadi ketika mereka mau beli kebutuhan dasar nggak bisa. Karena semua mengandalkan QRIS dan transfer,” kata Yohan.
BPBD DKI Jakarta juga telah mempersiapkan banyak hal untuk menghadapi megathrust. Misalnya saja mengkaji informasi dan data yang ada.
"Kita dapat informasi ya, bahkan BMKG sendiri kan naruh alat di BPBD. Itu namanya TEWS (Tsunami Early Warning System). Satu paket jadinya, jadi itu meng-'cover' seluruh wilayah di Indonesia. Dan itu setiap ada gempa, itu pasti akan notifikasi, akan bunyi,” kata Yohan.
Yohan pun mengatakan pihaknya kini juga fokus terus memantau wilayah-wilayah yang diprakirakan akan terdampak megathrust.
Baca juga: BPBD DKI perkuat langkah kesiapsiagaan hadapi gempa megathrust
Baca juga: Pemkab Bekasi keluarkan edaran waspada gempa megathrust
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024