Beirut (ANTARA) - Konflik antara Israel dan Hizbullah meningkat tajam pada Kamis (19/9), dengan kedua pihak saling menyerang dan bersumpah untuk melakukan pembalasan lebih lanjut, sehingga meningkatkan kekhawatiran terjadi perang regional yang lebih luas.

Dalam pidato yang disiarkan di televisi, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengecam ledakan baru-baru ini yang menargetkan alat komunikasi di seluruh Lebanon, menyebutnya sebagai "tindakan perang" dan menyalahkan Israel secara langsung. Dia bersumpah bahwa Hizbullah akan "tumbuh lebih kuat dan lebih mampu menghadapi bahaya apa pun," meskipun dia tidak menyebutkan kapan atau di mana tindakan pembalasan akan terjadi. Khususnya, jet Israel memecahkan penghalang suara saat pidato Nasrallah.

Setelah pidato Nasrallah, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan dalam sebuah pesan video dari pangkalan militer Kirya di Tel Aviv bahwa operasi militer Israel di Lebanon akan terus berlanjut. Dalam fase baru konflik ini "ada peluang signifikan tetapi juga risiko yang besar," katanya menegaskan, menambahkan bahwa "Hizbullah merasa tertekan dan teraniaya."
 
   Sistem antirudal Israel mencegat roket yang ditembakkan dari Lebanon, dekat Kiryat Shmona, Israel utara, pada 18 September 2024. ANTARA/Xinhua/Ayal Margolin


Menurut Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad, ledakan pager dan radio genggam pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9) mengakibatkan 37 orang meninggal dunia dan 2.931 orang terluka. Para pejabat Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.   Seorang pejabat senior militer Israel, yang berbicara secara anonim, mengatakan kepada lembaga penyiaran negara Kan TV bahwa "aksi militer di wilayah utara kini tampaknya tak terelakkan" setelah hampir setahun pertikaian perbatasan.

Pada Kamis, Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) melaporkan bahwa Hizbullah melancarkan serangan drone dan rudal ke Israel utara, yang mengakibatkan kematian dua tentara Israel dan beberapa tentara terluka parah. Nael Fwarsy, seorang komandan kompi berusia 43 tahun, tewas dalam serangan drone di dekat Ya'ara di Galilea Atas, sementara tentara berusia 20 tahun Tomer Keren tewas akibat serangan rudal antitank di dekat perbatasan.

Sebagai balasan, IDF dengan cepat melancarkan tembakan artileri dan serangkaian serangan udara yang menargetkan posisi Hizbullah yang diduga berada di Lebanon selatan. IDF mengumumkan bahwa rencana untuk "melanjutkan perang" melawan Hizbullah telah disetujui, dengan kepala militer Herzi Halevi merampungkan strategi untuk "arena utara."
 
 Sepeda motor yang rusak akibat ledakan perangkat komunikasi di Baalbek, Lebanon, pada 18 September 2024. ANTARA/Xinhua/Taher Abu Hamdan.


Seorang pejabat senior militer Israel, yang berbicara secara anonim, mengatakan kepada lembaga penyiaran negara Kan TV bahwa "aksi militer di wilayah utara kini tampaknya tak terelakkan" setelah hampir setahun pertikaian perbatasan.   Dalam percakapan telepon dengan Mikati, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan solidaritasnya kepada Lebanon, mengutuk ledakan alat komunikasi, dan menyerukan agar semua pihak menahan diri demi mencegah eskalasi lebih lanjut. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang saat ini sedang berkunjung ke Prancis setelah Mesir, mendesak agar tidak ada "tindakan eskalasi oleh pihak mana pun" di Timur Tengah.

Sumber militer Lebanon, yang juga berbicara secara anonim, mengatakan kepada Xinhua bahwa pesawat tempur Israel melancarkan sekitar 15 serangan udara dalam waktu 30 menit, menyerang daerah-daerah di sepanjang wilayah perbatasan. Pesawat-pesawat itu menembakkan sekitar 30 rudal udara ke darat ke titik-titik Hizbullah, yang memengaruhi lebih dari 20 kota dan desa perbatasan, termasuk Kafr Kila, Khiam, dan Mays al-Jabal.

Sebagai tanggapan, IDF melaporkan mereka telah menyerang sekitar 30 peluncur roket siap pakai dan lokasi infrastruktur milik Hizbullah di Lebanon selatan.

Ketika ketegangan meningkat, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati pada Kamis mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil sikap "pencegahan" dan "tegas" atas "agresi" dan "perang teknologi" Israel terhadap Lebanon.
 

Perangkat komunikasi nirkabel di tangan seorang anggota Hizbullah, yang baterainya dilepas setelah perangkat komunikasi nirkabel meledak selama pemakaman, di Beirut, Lebanon, pada 18 September 2024. (Xinhua/Bilal Jawich)   


Dalam percakapan telepon dengan Mikati, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan solidaritasnya kepada Lebanon, mengutuk ledakan alat komunikasi, dan menyerukan agar semua pihak menahan diri demi mencegah eskalasi lebih lanjut. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang saat ini sedang berkunjung ke Prancis setelah Mesir, mendesak agar tidak ada "tindakan eskalasi oleh pihak mana pun" di Timur Tengah.

Perang terbaru ini terjadi menyusul bentrokan saat ini yang dimulai pada 8 Oktober 2023, ketika Hizbullah mulai melancarkan serangan roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas kepada Hamas di Gaza, yang memicu tembakan artileri balasan dan serangan udara Israel ke Lebanon tenggara. Konflik tersebut telah menyebabkan banyak korban jiwa dan mengakibatkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua pihak.

 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024