Kemampuan ini biasanya dipraktikkan dalam acara-acara besar, seperti pernikahan, konser, atau kegiatan luar ruangan lainnya.
Di Indonesia, keberadaan pawang hujan sudah dikenal luas dan menjadi bagian dari tradisi budaya, terutama di daerah pedesaan yang masih sangat lekat dengan kepercayaan adat.
Metode yang digunakan oleh pawang hujan pun beragam, mulai dari ritual-ritual tertentu, doa-doa, hingga penggunaan media seperti dupa, air, atau benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan magis.
Beberapa pawang juga melakukan komunikasi dengan "penunggu" alam atau makhluk halus yang dipercaya menguasai area tertentu.
Meskipun praktik ini diterima secara kultural, pandangannya dalam Islam kerap menjadi bahan perdebatan.
Pandangan Islam terhadap pawang hujan
Turunnya hujan merupakan nikmat dan karunia dari Allah SWT kepada para makhluk-Nya. Dari hujan inilah, muncul kenikmatan-kenikmatan lainnya yang lebih besar, mulai dari tumbuhnya tanam-tanaman yang menjadi sumber makanan bagi manusia, ataupun makhluk-makhluk lainnya.
Air hujan juga bisa menjadi cadangan air minum dan fungsi-fungsi lainnya bagi umat manusia.
Allah SWT berfirman mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya,
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ
“Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-biji yang dapat dipanen.” (QS. Qaf: 9)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا
“Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih. Agar (dengan air itu), Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak.” (QS. Al-Furqan: 48-49)
Dalam ajaran Islam, keyakinan bahwa ada manusia yang dapat mengendalikan hujan atau cuaca sering kali dianggap tidak sejalan dengan prinsip tauhid (keesaan Tuhan).
Islam mengajarkan bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kuasa atas alam semesta, termasuk cuaca dan hujan.
Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa hanya Allah yang mengetahui kapan dan di mana hujan akan turun:
وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ
"Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa, dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji." (QS. Asy-Syura: 28)
Selain itu, dalam surat Luqman ayat 34, Allah SWT berfirman bahwa hanya Dia yang mengetahui kapan hujan akan turun:
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat. Dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk mengatur atau mempengaruhi datangnya hujan secara langsung.
Hukum menggunakan jasa pawang hujan dalam Islam
Para ulama sepakat bahwa mempercayai seseorang memiliki kekuatan untuk mengendalikan alam, seperti menghentikan hujan, dapat tergolong pada syirik (menyekutukan Allah).
Syirik adalah salah satu dosa besar dalam Islam. Jika seseorang meyakini bahwa pawang hujan memiliki kekuatan mandiri selain dari Allah, maka hal tersebut dilarang.
Namun, ada beberapa perdebatan mengenai penggunaan doa atau usaha untuk menghindari hujan.
Doa memohon agar Allah menunda atau mengalihkan hujan tidaklah masalah, selama dilakukan dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang berkuasa atas hujan tersebut, maka penggunaan pawang hujan diizinkan.
Beberapa ulama juga menyarankan untuk melakukan salat Istisqa' (salat meminta hujan) ketika kekeringan atau berdoa agar hujan berhenti ketika terlalu lebat. Hal ini merupakan bagian dari ibadah yang murni memohon kepada Allah.
Pawang hujan merupakan bagian dari tradisi budaya yang banyak ditemui di Indonesia.
Meskipun demikian, dalam Islam, mempercayai bahwa seseorang selain Allah dapat mengendalikan cuaca atau hujan dianggap sebagai perbuatan yang bertentangan dengan ajaran tauhid.
Umat Islam dianjurkan untuk selalu memohon kepada Allah SWT dalam setiap urusan, termasuk soal cuaca dan hujan, melalui doa yang syar'i dan sesuai ajaran agama.
Baca juga: Dipanggil Gubernur, WIKA-Nindya pulangkan Rara pawang hujan dari Aceh
Baca juga: Hoaks! Pemerintah datangkan pawang hujan untuk upacara kemerdekaan RI di IKN
Baca juga: Presiden: "gala dinner" G20 tak pakai pawang hujan tapi rekayasa cuaca
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024