Seminar ini dimaksudkan untuk mendiseminasikan teknologi EDS kepada masyarakat, khususnya para pelaku usaha perkebunan dan kehutanan, maupun pejabat pemerintah dan pendidikan,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian menggelar seminar bertema Teknologi Pelestarian Bambu dan Kayu dalam rangka diseminasi teknologi dari Ecology Diversity Synergy, yang dipimpin Sachio Ishii.

"Seminar ini dimaksudkan untuk mendiseminasikan teknologi EDS kepada masyarakat, khususnya para pelaku usaha perkebunan dan kehutanan, maupun pejabat pemerintah dan pendidikan," ujar Sesditjen Kerja sama Industri Internasional Restu Yuni Widayati di Jakarta, Rabu.

Restu mengatakan, teknologi pelestarian bambu dan kayu dapat diimplementasikan pada perkebunan dan kehutanan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sebuah pohon.

"Pada waktu bersamaan, teknologi tersebut juga dapat melindungi lingkungan dari limbah pohon atau bahan yang sudah tidak terpakai," ujar Restu.

Restu mengatakan, Indonesia memiliki area perkebunan yang sangat luas, seperti perkebunan kelapa, kelapa sawit, karet, akasia, sengom dan bambu.

Data Badan Pusat Statistik 2013 menyebutkan bahwa tiga perkebunan saja (kelapa, kelapa sawit dan karet), pengelolaan lahan perkebunan besar maupun perkebunan rakyat mencapai 16,5 juta hektar dengan pelaku usaha mencapai 1.953 perusahaan.

"Produktivitas ketiga perkebunan tersebut menghasilkan 24,37 juta ton kelapa sawit, 3,18 juta ton kelapa dan 3,04 juta ton karet," kata Restu.

Ia menambahkan, kayu-kayu dari perkebunan tersebut seringkali kurang termanfaatkan setelah selesai masa produktifnya, sehingga menjadi limbah yang menyebabkan permasalahan lingkungan yang serius.

Di sisi lain, lanjutnya, kebutuhan dunia terhadap bahan baku untuk pembangunan dan energi semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin lama semakin berkurang.

"Oleh karena itu, diperlukan terobosan untuk mengembangkan bahan baku maupun energi dari sumber-sumber alternatif yang terbarukan," kata Restu.

Restu mengatakan, dengan adanya seminar tersebut, Kemenperin berharap agar teknologi yang diperkenalkan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan nilau tambah sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan.

"Diharapkan teknologi ini akan menambah khasanah dan wawasan di Indonesia dalam memanfaatkan limbah kayu dan pohon yang tidak produktif," kata Restu.(*)

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014