Dengan dukungan teknis dari Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) serta pendanaan dari USAID, PMI telah mengimplementasikan program di empat kabupaten/kota yakni Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa tengah, dan Bali

Kebumen, Jateng (ANTARA) - Pengurus Bidang Kesehatan dan Layanan Sosial Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Sajjana Prajna Weka Digunawan mengatakan sejak 2018 PMI fokus membangun kolaborasi dengan masyarakat untuk melakukan aksi mencegah, mendeteksi, dan merespon ancaman penyakit, khususnya pandemi.

"Dengan dukungan teknis dari Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) serta pendanaan dari USAID, PMI telah mengimplementasikan program di empat kabupaten/kota yakni Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa tengah, dan Bali," katanya saat temu wicara Latihan Gabungan (Latgab) Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) PMI Tingkat Nasional III 2024 di Kebumen, Jawa Tengah, Selasa.

Menurut Weka sapaan akrabnya, temu wicara yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Latgab Sibat bertema "Membangun Ketangguhan Masyarakat Dalam Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Pandemi". Program tersebut diperluas pada 2022 di dua provinsi yakni Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat melalui program Community Pandemic and Epidemic Programe (CP3) atau Program Kesiapsiagaan Epidemi dan Pandemi Berbasis Masyarakat.

Temu wicara ini dirancang sebagai wadah berbagi pembelajaran dalam meningkatkan kapasitas relawan PMI yang berfokus pada pentingnya kesiapsiagaan, deteksi dini, dan aksi dini, serta peran pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat dalam pengendalian KLB atau pandemi selama berjalannya program CP3.

Baca juga: Ribuan Sibat PMI kampanyekan ketangguhan hadapi perubahan iklim

Pengalaman PMI dalam menghadapi pandemi COVID-19, kata dia, telah mengajarkan betapa pentingnya ketangguhan masyarakat dalam menghadapi kedaruratan kesehatan. Pandemi tersebut menimbulkan dampak yang luas, tidak hanya pada sektor kesehatan, tetapi juga pada ekonomi, sosial dan lingkungan.

Indonesia sebagai negara dengan tingkat risiko bencana yang tinggi, menurutnya, perlu memperkuat sistem dan strategi penanggulangan bencana yang terintegrasi, termasuk dalam menghadapi KLB dan pandemi.

Sementara Wakil Direktur Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Indonesia Erin Nicholson mengatakan pihaknya bangga bekerja bersama dengan PMI dan IFRC untuk memperkuat kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam ketahanan kesehatan di Indonesia.

Baca juga: PMI berkomitmen bangun ketangguhan daerah dan perkuat kluster logistik

“Kerja luar biasa relawan PMI menunjukkan potensi dan efektivitas surveilans berbasis masyarakat dalam menyelamatkan jiwa dan melindungi masyarakat," ucapnya.

Dalam temu wicara tersebut ini materi lainya disampaikan terkait Kebijakan dan strategi IFRC dalam pengendalian KLB dan pandemi yang disampaikan oleh Maya Schaerer dari CP3 Programme Manager IFRC Jenewa.

Dalam waktu yang sama juga disampaikan pemaparan materi kebijakan nasional terkait surveilans berbasis masyarakat dalam upaya kesiapsiagaan KLB di Indonesia yang disampaikan langsung oleh Nancy Dian Anggraeni dari Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Materi lain yang tidak kalah penting terkait peran BNPB dalam merespon bencana kedaruratan kesehatan yang disampaikan Dewan Pengarah BNPB Fuadi Darwis.

Baca juga: PMI luncurkan program membangun ketangguhan dan kesiagaan bencana
Baca juga: PMI paparkan program unggulan ketangguhan berbasis masyarakat

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024