Disabilitas intelektual adalah kondisi yang ditandai dengan keterbatasan dalam kemampuan intelektual dan perilaku adaptif seseorang. Hal itu mempengaruhi bagaimana seseorang belajar, berpikir dan memproses informasi.
Penyandang disabilitas intelektual biasanya memiliki tingkat IQ di bawah rata-rata dan menghadapi kesulitan dalam berkomunikasi, bersosialisasi serta menyesuaikan diri dengan lingkungan. Contoh disabilitas intelektual antara lain seperti Down Syndrome dan keterlambatan tumbuh kembang.
Disabilitas intelektual juga mempengaruhi kemampuan adaptasi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti komunikasi, keterampilan sosial, dan kemampuan akademik. Menurut klasifikasi dari American Psychological Association (APA), disabilitas intelektual dibedakan berdasarkan skor IQ sebagai berikut:
- Ringan (Debil): IQ 55-70
- Sedang (Imbesil): IQ 40-55
- Berat: IQ 25-40
- Sangat Berat: IQ di bawah 25
1. Kondisi genetik
Disabilitas intelektual bisa disebabkan oleh masalah genetik, seperti gen yang tidak normal yang diwariskan dari orang tua. Contoh kondisi genetik yang dapat menyebabkan disabilitas intelektual adalah Down syndrome, Fragile X syndrome, dan PKU (phenylketonuria).
2. Masalah saat kehamilan
Jika pada masa kehamilan perkembangan bayi di dalam rahim tidak berjalan dengan baik, hal itu bisa menyebabkan disabilitas intelektual. Misalnya, ada masalah dalam pembelahan sel bayi. Selain itu, jika ibu hamil mengonsumsi alkohol atau terkena infeksi seperti rubella, bayi yang dikandungnya mungkin berisiko mengalami disabilitas intelektual.
3. Komplikasi saat persalinan
Ketika ada masalah saat persalinan, seperti kurangnya suplai oksigen ke bayi saat lahir, hal itu juga bisa mengakibatkan disabilitas intelektual.
4. Penyakit atau paparan zat berbahaya
Beberapa penyakit seperti batuk rejan, campak, atau meningitis dapat menyebabkan disabilitas intelektual. Selain itu, kekurangan gizi yang parah, tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai, atau terpapar racun seperti timbal dan merkuri juga bisa menjadi penyebab disabilitas intelektual.
Disabilitas intelektual bukanlah penyakit menular, dan tidak dapat "tertular" dari orang lain. Itu juga bukan gangguan mental seperti depresi. Meskipun tidak ada obat untuk disabilitas intelektual, anak-anak dengan kondisi ini masih bisa belajar banyak hal, hanya saja mungkin butuh waktu lebih lama atau cara belajar yang berbeda dari anak-anak lain.
Penting untuk memahami bahwa penyandang disabilitas intelektual membutuhkan lebih banyak waktu dan kesabaran dalam belajar dan menjalankan aktivitas sehari-hari.
Penyandang disabilitas intelektual memerlukan lingkungan yang tenang dan bebas dari tekanan untuk membantu mereka berkonsentrasi dan merasa lebih nyaman. Untuk berinteraksi dengan penyandang disabilitas intelektual, gunakan bahasa yang sederhana dan instruksi yang mudah dimengerti.
Baca juga: Beda disabilitas mental dan disabilitas intelektual
Baca juga: Mensos beri bantuan keluarga disabilitas intelektual di Blitar
Baca juga: RSJ Sumut siapkan 100 tempat tidur untuk pengguna napza
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024