Menurut Retno, tanda kegagalan multilateralisme itu yakni terpecahnya tata kelola global, terkikisnya kepercayaan, dan kurangnya respons terhadap tantangan terkini.
“Kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Palestina menunjukkan betapa rapuhnya multilateralisme,” kata Retno.
“Genosida di Gaza yang bersamaan dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah menjadi pengingat perlunya menegakkan hukum internasional dan hak-hak dasar, tanpa pengecualian,” ujar dia menambahkan.
Retno kemudian menawarkan solusi tiga poin utama untuk menyasar tanda-tanda kegagalan multilateralisme tersebut.
Ketiganya yakni mempertimbangkan Dunia Selatan dalam pengambilan keputusan, negara-negara maju menjalankan komitmen terhadap isu global, serta menggunakan digitalisasi dalam tata kelola global.
Retno menyerukan kepada G20 agar forum itu bisa menjalankan tanggung jawab untuk mengembalikan lagi harapan, kepercayaan, dan kredibilitas.
“G20 harus memimpin dalam usaha membangun kembali multilateralisme yang inklusif, adil, dan efektif. Dan ini waktunya untuk beraksi bersama demi kebaikan bersama,” kata Retno menambahkan.
Baca juga: Menlu RI: Dunia harus bertindak lebih lindungi pekerja kemanusiaan
Baca juga: Indonesia serukan reformasi tata kelola global di PBB
Baca juga: Menlu Retno dorong MIKTA semakin berperan atasi tantangan global
Pewarta: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024