Alat pengangkut cerdas itu, yang dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan China Guangxi LiuGong Machinery Co., Ltd., menuai popularitas di kalangan perusahaan tambang dan konstruksi di negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN).
"Untuk memenuhi permintaan produk kelas atas yang terdiversifikasi dan dipersonalisasi dalam pasar alat berat konstruksi, LiuGong berfokus pada elektrifikasi, digitalisasi, interkonektivitas, dan kecerdasan alat berat, dengan pertumbuhan tahunan untuk investasi penelitian dan pengembangan (litbang) mencapai dua digit," ujar manajer senior perusahaan tersebut Li Dongchun.
Dalam ajang China-ASEAN Expo yang sedang digelar di Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, produsen alat berat konstruksi tersebut memamerkan delapan produk listrik, termasuk pengangkut, ekskavator, dan forklift, untuk merespons peningkatan minat terhadap produk pintar dan ramah lingkungan buatan China di seluruh negara anggota ASEAN.
Perdagangan China-ASEAN mencatatkan ekspansi yang stabil selama bertahun-tahun. Data resmi menunjukkan bahwa China menjadi mitra dagang terbesar bagi ASEAN selama 15 tahun berturut-turut, dengan nilai perdagangan bilateral melonjak dari 876,4 miliar yuan (1 yuan = Rp2.160) pada 2004 menjadi 6,41 triliun yuan pada 2023, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan mencapai 11 persen.
Seiring peningkatan upaya China dalam mengembangkan mesin-mesin pertumbuhan baru yang padat teknologi dan ramah lingkungan, berbagai produk dan teknologi pintar dan ramah lingkungan mencuri perhatian para ekshibitor serta pengunjung di ajang China-ASEAN Expo ke-21.
Sebuah upacara penandatanganan di pameran itu, Selasa (24/9), mencatatkan penekenan 109 kesepakatan, yang mencakup sektor-sektor strategis berkembang, seperti energi baru, manufaktur canggih, dan informasi elektronik.
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn menyampaikan bahwa China dan negara-negara anggota ASEAN sedang menjajaki peluang kerja sama baru dalam berbagai bidang, seperti kecerdasan buatan dan energi bersih, yang mendorong tercapainya tujuan bersama dalam hal inovasi dan pembangunan berkelanjutan.
Bagi perusahaan-perusahaan teknologi ramah lingkungan, seperti Envision Group, pameran itu menawarkan peluang untuk memanfaatkan pasar ASEAN yang sedang tumbuh di saat negara-negara berkembang berjuang menghadapi tantangan transisi energi hijau.
"Pameran ini merupakan platform yang baik untuk membantu kami menjalin koneksi dengan lebih banyak pelanggan dari negara-negara ASEAN," tutur perwakilan dari Envision Group Wu Jiakun.
Envision Group telah berkolaborasi dengan Vietnam dalam bidang generator turbin angin sejak 2015. Hingga saat ini, perusahaan tersebut telah mendirikan kantor di tujuh negara ASEAN, termasuk Kamboja dan Laos. Wu mengungkapkan minatnya pada pasar energi terbarukan di negara-negara ASEAN, terutama dalam hal turbin angin dan sistem penyimpanan energi.
Banyak industri energi terbarukan di China telah matang dan ingin membagikan pengalaman mereka dengan negara-negara anggota ASEAN. Kolaborasi semacam itu dapat menciptakan situasi yang saling menguntungkan bagi perekonomian maupun masyarakat, menyuntikkan momentum hijau baru ke dalam pembangunan negara-negara tetangga, urai Wu.
Di Waduk Sirindhorn di Thailand, yang merupakan proyek fotovoltaik terapung yang dibangun dengan bantuan China, salah satu proyek tenaga surya hibrida terapung terbesar di negara itu mengantarkan Thailand kian dekat dengan tujuan pembangunan hijaunya.
China Energy Engineering Corporation Limited, selaku pembangun proyek waduk itu, merupakan ekshibitor rutin di China-ASEAN Expo. Perusahaan tersebut menyoroti proyek itu sebagai contoh utama dari komitmen perusahaan China dalam memajukan kerja sama energi hijau di ASEAN.
"ASEAN merupakan pasar strategis utama bagi pengembangan bisnis internasional perusahaan kami. Selain itu, memajukan proyek energi bersih di negara-negara ASEAN berkontribusi terhadap pembangunan hijau dan rendah karbon di Asia Tenggara," Chairman China Energy Engineering Corporation Limited Song Hailiang memaparkan.
Sekretaris Jenderal Pusat ASEAN-China (ASEAN-China Centre) Shi Zhongjun menyatakan bahwa kerja sama China-ASEAN telah meluas ke bidang-bidang baru, mengungkap potensi yang sangat besar dalam industri-industri emerging. Secara khusus, kedua pihak menikmati prospek yang luas dalam hal pengembangan bersama kekuatan-kekuatan produktif berkualitas baru, kata Shi.
Mengingat ekonomi China dan ASEAN saling bergantung satu sama lain dan kedua pihak juga merupakan mitra dagang terbesar bagi satu sama lain, peningkatan kerja sama bilateral dalam inovasi dan transfer teknologi akan membantu kedua pihak menciptakan jalur pertumbuhan baru, tutur Kao.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024