Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu menyampaikan bahwa Pertamina telah menguasai mayoritas blok migas di Indonesia sehingga tentunya peranan Pertamina di-upstream sudah sangat dominan.
"Negara dan SKK Migas sangat tergantung akan agresivitas Pertamina," ujar Dwi.
Pada Jum'at (27/9), SKK Migas juga telah bertemu dengan PHE untuk dapat mendorong program-program kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) guna mencapai target yang telah ditetapkan.
Dwi memberikan arahan langsung pada pertemuan tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi-diskusi untuk mencari solusi atas kendala-kendala yang ada maupun inovasi dan cara-cara kerja out of the box yang dapat dilakukan sehingga dalam waktu tiga bulan ke depan, kinerja operasi KKKS yang berada di PHE dapat meningkat dan mencapai target.
Ia juga meminta untuk mulai mempersiapkan pelaksanaan program 2025, hal-hal apa yang bisa disiapkan agar di Januari 2025 nanti program sudah bisa berjalan.
"Saat ini yang menjadi konsentrasi adalah produksi, produksi, dan produksi. Gas sudah mulai incline, minyak kita masih struggle," kata Dwi.
Ia juga mengatakan pertemuan tersebut harus ditindaklanjuti dalam kegiatan diskusi kelompok terarah (FGD) untuk mendiskusikan bagaimana mekanisme kemitraan Pertamina dengan pihak lainnya.
"Mungkin perubahan-perubahan regulasi perlu kita lakukan supaya harapan pemerintah bisa terpenuhi karena capaian lifting migas akan sangat ditentukan oleh kinerja KKKS yang ada di bawah Pertamina," ujar Dwi.
SKK Migas, kata dia, menargetkan pengeboran 932 sumur pengembangan di 2024. Menurut Dwi, kontribusi KKKS dalam lingkup Pertamina terkait pengeboran sumur pengembangan sangat besar.
"Ini juga harus menjadi perhatian bagaimana bisa mengejar hingga akhir tahun agar target bisa dicapai. Terkait kebutuhan fiskal term, kami siap untuk memperjuangkannya," tutur Dwi.
Sementara itu, Direktur Utama PHE Chalid Said Salim menyampaikan bahwa pada aspek pengeboran, PHE terus melakukan upaya agar bisa mengejar dari aspek kuantitas maupun kualitas.
Ia juga menyampaikan perkembangan terkait isu komersialisasi dan permohonan persetujuan terkait perjanjian jual beli gas bumi (PJBG) kepada SKK Migas.
Chalid menginformasikan pula potensi elpiji yang ada di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), Senoro, dan Jambi Merang beserta progres yang ada.
"Di Jambi Merang sudah dilakukan kajian. Adapun untuk Senoro saat ini sedang dalam beauty contest," ungkapnya.
Selain itu, Chalid juga menjabarkan perkembangan terkait pengelolaan CO2 yang saat ini sudah menjalin kemitraan dengan perusahaan Jepang, Japex untuk di Jambi Merang dan Sukowati.
Adapun untuk teknologi pengurasan minyak tahap lanjut atau enhance oil recovery (EOR), PHE sedang menjajaki kemitraan dengan perusahaan China, Sinopec dan sudah ada lima lapangan kandidat terdiri atas empat di Pertamina EP dan satu di PHE ONWJ.
Ia juga menyampaikan terima kasih atas kerja sama dengan SKK Migas yang berjalan baik, terutama dalam perbaikan fiskal dan insentif.
Baca juga: SKK Migas catat rekor produksi gas terbaru capai 7.399 juta MMSCFD
Baca juga: SKK Migas optimis capai target produksi gas 12 MMSCFD pada 2030
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024