Persoalan dasarnya adalah perlunya mekanisme bersama yang akan dapat mengurangi risiko ketiadaan pasokan energi dalam konteks distribusi, penggunaan maupun preservasinya,"
Jakarta (ANTARA News) - Isu pasar energi terintegrasi di Asia, pencegahan krisis ekonomi, pembangunan berkelanjutan, dan pemberantasan kemiskinan menjadi isu utama pembahasan dan melahirkan empat draft resolusi yang akan dibawa ke sidang pleno ke-7 Asian Parliamentary Assembly (APA) di Kamboja, mendatang.

Empat draft resolusi itu adalah Integrated Energy Market in Asia, draft resolusi Alleviating Poverty in Asia; draft resolusi Environmental Issues, Global Warming, Climate Change, and Planting Billions of Trees throughout Asia; dan draft resolusi International Financial Affairs for the Countries of APA Member Parliaments, dan telah dibahas pada Sidang Standing Committee on Economic and Sustainable Development Affairs - Asian Parliamentary Assembly (APA) yang berlangsung di Jakarta, 2-4 Juni 2014.

Anggota delegasi DPR RI, yang juga anggota  Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Evita Nursanty dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan, empat resolusi itu sangat penting bagi parlemen negara-negara anggota APA, karena sangat terkait dengan kepentingan nasional maupun regional Asia saat ini dan masa mendatang.

"Diskusi berlangsung sangat konstruktif karena semua delegasi berpikir kepada memberikan kekuatan baru dan pendekatan yang lebih efektif terkait isu-isu itu, dan menjadi perhatian anggota parlemen Asia," kata anggota Fraksi PDI Perjuangan tersebut.

Menurut Evita, pembahasan mengenai "Integrated Asian Energy Market" dilatarbelakangi oleh konsumsi energi akan terus meningkat seiring dengan peningkatan populasi dunia, dan karenanya dibutuhkan pembangunan infrastruktur dan perjanjian bilateral yang dapat mentransfer minyak dan gas dari suatu daerah ke daerah lainnya.

"Persoalan dasarnya adalah perlunya mekanisme bersama yang akan dapat mengurangi risiko ketiadaan pasokan energi dalam konteks distribusi, penggunaan maupun preservasinya," katanya.

Evita juga menguatkan pernyataan Ketua BKSAP Surahman Hidayat sebelumnya mengenai dinamika terkait usul perlu adanya kerja sama dengan negara di luar Asia terkait energi dan efisiensi penggunaannya, pembahasan plus minus, keterlibatan swasta serta kebutuhan akan Asian Energy Forum.

"Kesepakatan sidang akan membawa persoalan pembentukan Advisory Committee atau diselenggarakannya konferensi internasional ke pertemuan Executive Council APA mendatang," ujar anggota Komisi I DPR RI itu.

Dikatakannya, kawasan Asia membutuhkan kemampuan untuk mengantisipasi krisis, baik itu krisis energi maupun krisis kemakmuran yang diakibatkan dari pembangunan yang tidak berhasil mencapai tujuan.

Oleh karena itu, muncul kesadaran anggota parlemen Asia penguatan kepada kerjasama antarnegara-negara APA untuk melakukan penguatan ekonomi nasional dan regional dari bahaya krisis ekonomi berikutnya, baik pada tingkat regional maupun global.

Ke-12 negara anggota APA yang hadir di Jakarta untuk sidang Standing Committee ini, yakni Saudi Arabia, Pakistan, Indonesia, Srilanka, Bahrain, Yordania, Republik Islam Iran, Kamboja, Turki, Malaysia, Siprus dan RRT. (*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014