"Berdasarkan pengalaman usai bencana gempa dahsyat dan tsunami Aceh, maka ada empat strategi yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi risiko bencana," kata Taqwaddin, di Banda Aceh, Jumat.
Pernyataan itu disampaikan Taqwaddin saat mengisi materi terkait strategi adaptasi dan mitigasi bencana bagi masyarakat pesisir pada Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana berbasis Komunitas XVI 2024, di Banda Aceh.
Taqwaddin mengatakan strategi pertama yang perlu dilakukan adalah sosial pendidikan, yaitu pewarisan budaya tangguh menghadapi bencana.
Baca juga: Warga Grobogan diajak pangkas pohon rentan cegah risiko puting beliung
Baca juga: BNPB: Perlu integrasi faktor perubahan iklim di kajian risiko bencana
"Hal lain dalam strategi ini perlu dilaksanakan pendidikan tangguh bencana sejak masa kanak-kanak hingga dewasa," ujarnya.
Kemudian, penguatan pemahaman keimanan dan agama, sehingga semua warga masyarakat yang tertimpa bencana memiliki ketahanan spiritual.
Ini sudah terbukti bahwa korban tsunami yang telah menewaskan ratusan ribu jiwa lalu, tidak membuat seorang pun korban di Aceh yang depresi, apalagi bunuh diri.
"Berbeda sekali dengan apa yang saya lihat di luar negeri. Ini bukti ketangguhan spiritual warga Aceh yang perlu ditiru," katanya.
Kedua strategi ekonomi, Taqwaddin menguraikan pengembalian atau memulihkan kemampuan ekonomi korban bencana juga sangat penting dilakukan dengan berbagai program.
Seperti pelatihan kewirausahaan hingga akses pemasaran terhadap hasil produk rumah tangga di daerah bencana.
Ketiga adalah strategi fisik, menurut dia, rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas publik serta bantuan rumah untuk korban bencana sangat dibutuhkan.
Di mana, untuk area bencana yang tidak mungkin lagi dijadikan pemukiman, maka masyarakat setempat harus direlokasi, dan dibuatkan pemukiman baru.
"Dalam kaitan dengan kebencanaan, perlu juga ada penataan kembali pola tata ruang baru yang menyesuaikan dengan zonasi bencana," ujarnya.
Terakhir, jika menghadapi bencana, juga diperlukan dukungan dari masyarakat luar baik nasional maupun internasional untuk membantu korban terdampak.
Lalu, langkah lainnya yang juga sangat diperlukan untuk mempercepat rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana adalah dukungan pemerintah dengan segala regulasi dan kebijakannya.
Dalam kesempatan itu, jelang momen peringatan 20 tahun bencana Tsunami Aceh, dirinya menyarankan kepada akademisi dan aktivis kebencanaan untuk melakukan kajian evaluasi terhadap strategi-strategi yang telah dilakukan berdasarkan pengalaman di Aceh.
"Perlu untuk terus dilakukan kajian, sehingga nantinya dapat diketahui strategi mana yang benar-benar layak diikuti dan menjadi model penanganan bencana," demikian Taqwaddin.*
Baca juga: Masyarakat Jakarta dipersiapkan hadapi risiko gempa megathrust
Baca juga: BRIN kenalkan desain peta risiko bencana digital ke negara Asia-Eropa
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024