Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melunasi sisa utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) dan diperkirakan memerlukan waktu lima hari untuk proses penyelesaian administrasinya hingga minggu depan. "Setelah proses pembayaran utang ini diperkirakan selesai akhir minggu depan, Indonesia akhirnya tidak mempunyai utang lagi terhadap IMF. Dengan selesainya utang yang dipercepat tersebut, maka Indonesia menjadi anggota biasa (normal) dan bukan lagi anggota yang sakit," kata Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis. Menurut dia, keputusan itu setelah melihat prospek neraca pembayaran Indonesia pada akhir tahun ini akan surplus 13,2 miliar dolar AS dan cadangan devisa akan mencapai 43,3 miliar dolar AS, serta pada akhir triwulan ketiga telah mencapai sebesar 42,3 miliar dolar AS. "Melihat prospek tersebut pada Kamis pagi ini (5/10) Pemerintah Indonesia telah menyatakan ke IMF bahwa Indonesia siap melunasi sisa utangnya," katanya. Ia juga mengatakan dengan demikian Indonesia sudah selesai dalam "post monitoring program" IMF. Sementara itu, Deputi Gubernur BI, Hartadi Sarwono, mengemukakan nilai sisa utang pokok IMF yang dibayarkan sebesar 3,1 miliar dolar ditambah satu kali pembayaran bunga, sehingga total tanggungan Indonesia yang harus dibayar sebesar 3,2 miliar AS. "Keputusan ini sudah menjadi keputusan BI untuk melunasi seluruh utang jika cadangan devisa cukup. Dan hari ini saatnya," katanya. Ia mengatakan cadangan devisa yang ada sebasar 42,3 miliar dolar AS cukup untuk kegiatan impor selama 4,6 bulan. Mengenai keuntungan dari percepatan pembayaran ini, ia menjelaskan paling tidak Indonesia bisa menghemat sekitar 500 ribu dolar AS, karena sampai akhir tahun ini Indonesia harus membayar bunga utang sebesar 22 juta dolar AS, namun dengan percepatan ini IMF menjadi kehilangan pendapatan potensial sebesar 21,5 juta dolar. Lebih lanjut Gubernur BI mengatakan Indonesia seharusnya melunasi utang pada tahun 2010, namun pada tahun 2006 ini Indonesia sudah mampu mempercepat pelunasannya, sehingga ada peluang IMF yang hilang dari yang seharusnya dibayar sampai tahun 2010. "Lebih dari itu dengan percepatan pembayaran itu menjadi sinyal yang baik bagi perekonomian Indonesia, juga kita dapat bekerja tanpa beban dan timbul kepercayaan diri," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006