"Tuhan dulu telah mengambil banyak kehidupan di tempat ini, tetapi Tuhan juga telah menanam kembali kehidupan di sini. Mari kita mensyukuri hari ini. Kita tidak boleh kehilangan harapan," kata Derek di Wasior, Minggu.
Banjir bandang menerjang Wasior, ibu kota Kabupaten Teluk Wondama pada 4 Oktober 2010.
Berdasarkan data Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, bencana banjir bandang itu menelan korban jiwa sebanyak 161 orang, luka berat 97 orang, dan luka ringan 3.374 orang. Sementara 145 orang lainnya sampai saat ini masih dinyatakan hilang.
Sejak 2011, Pemkab Teluk Wondama menetapkan 4 Oktober libur fakultatif sebagai hari berkabung daerah.
Bencana dahsyat itu muncul lantaran terjadi kerusakan hutan ditambah hujan lebat yang mengakibatkan air Sungai Batang Salai meluap.
Kampung Rado merupakan salah satu kawasan terdampak paling parah.
Air bah dashyat itu menghancurkan seluruh rumah penduduk dan juga fasilitas lain yang ada di Kampung Rado. Di lokasi ini tercatat sebanyak 53 orang warga meninggal dunia.
Rado kemudian berubah menjadi desa mati. Seluruh penduduk yang tersisa akhirnya meninggalkan kampung yang dahulu dikenal dengan Rakwa dan membangun perkampungan baru hingga saat ini.
Derek Ampner yang saat itu bertugas sebagai Kepala Distrik Wasior, terlibat langsung memimpin proses evakuasi dan pertolongan terhadap para korban.
Dia mengajak warga Kampung Rado menjadikan tragedi 14 tahun silam itu sebagai pelajaran berharga dalam hidup.
"Peristiwa itu hampir meluluhlantakkan harapan kita semua. Saat itu kita mungkin merasa bahwa Tuhan itu tidak ada. Tapi hari ini kita bersyukur kepada Tuhan karena kita semua masih tetap ada," kata Ampner yang juga masih menjabat sebagai Kepala BPBD Papua Barat.
Tokoh agama Kristen Pendeta Rosalie Wamafma juga mengajak warga mengambil hikmah dari bencana 14 tahun lalu itu.
Dalam perspektif iman, katanya, peristiwa 4 Oktober 2020 itu mengajarkan umat manusia untuk senantiasa menjaga dan memelihara alam ciptaan Yang Maha Kuasa.
"Tuhan sedang mengingatkan kita bahwa kalau kita hidup dari alam ini, maka kita juga harus menghidupi alam ini dengan cara yang benar, cara yang bertanggung jawab," kata anggota Badan Pekerja Am Sinode Wilayah XII Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua ini.
Guna mengenang kembali peristiwa kelam tersebut, pada Jumat (4/10/2024) digelar ziarah dan tabur bunga untuk para korban yang dipusatkan di dua lokasi, yakni di tugu peringatan banjir bandang di Kampung Rado serta lokasi kuburan massal di pemakaman umum Kampung Wasior I (Waskam).
Baca juga: Pemkab Wondama alokasikan pembukaan lahan bandara baru Rp10 miliar
Baca juga: Kemah Paskah untuk bentuk karakter dan keimanan anak Wasior sejak dini
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024