"Jadi selain penghijauan, kita lakukan pendampingan teknologinya sebagai upaya memberdayakan masyarakat di sekitar mangrove," kata Dekan FPIK ULM Untung Bijaksana di Banjarbaru, Senin.
Ia mengakui pihaknya bakal lebih banyak mendapatkan tugas dalam pendampingan masyarakat di lahan mangrove di hutan produksi seluas lebih kurang 611 hektare di Kotabaru yang dikelola ULM setelah mendapatkan Surat Persetujuan Komitmen Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengingat sektor perikanan dan kelautan menjadi bidang yang paling bersinggungan jika terkait lahan mangrove di wilayah pesisir laut.
Oleh karena itu, ia menyatakan fakultasnya telah siap dengan sumber daya manusia yang ada untuk dikerahkan secara optimal dalam pendampingan masyarakat.
Dia menyebut para pakar di bidang perikanan dan kelautan telah disiapkan misalnya ahli di bidang kepiting soka atau kepiting cangkang lunak, dan kepiting bakau.
"Karena ekosistem lahan mangrove biasanya tempat hidup kepiting bakau dan ikan-ikan yang lain, jadi masyarakat perlu memahami cara budidayanya dengan benar," jelasnya.
Untung mengakui pula ULM tidak bisa sendiri, namun dibutuhkan kolaborasi sehingga pihaknya telah menjajaki kerja sama ke berbagai universitas untuk riset bersama, di antaranya dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan salah satu universitas di Tokyo, Jepang yang telah siap melaksanakan riset bersama di lahan mangrove Kotabaru.
Diketahui ketetapan pemerintah pusat untuk ULM mengelola mangrove seluas 611 hektare di Kabupaten Kotabaru yang menjadi wilayah pesisir dengan daratannya di Pulau Laut yang terpisah dari Pulau Kalimantan itu membuat ULM menjadi satu-satunya universitas di dunia yang memiliki dan mengelola lahan mangrove.
Hal ini sejalan dengan target ULM menjadi Pusat Unggulan Lahan Basah di wilayah Asia Pasifik pada akhir 2027.
Baca juga: ULM coba temukan formula percepat transformasi sektor perikanan dunia
Baca juga: ULM laksanakan Ekspedisi Batang Banyu mengabdi ke desa di Barito Kuala
Pewarta: Firman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024