Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali menyampaikan sejumlah target Sustainable Development Goals (SDGs), yang telah tercapai dan masih harus dikejar.
Capaian SDGs di Indonesia hingga saat ini sebesar 62,5 persen dari 222 indikator SDGs yang telah on track dan masih terdapat 29,5 persen indikator yang off track karena stagnan, bahkan memburuk.
"Ada beberapa target yang sudah progresnya sangat baik, tapi ada beberapa target yang ketinggalan sangat jauh, dan variasi antara kota, kabupaten, dan provinsi juga sangat-sangat tinggi," ucapnya yang juga menjabat sebagai Kepala Sekretariat Nasional SDGs Pungkas Bahjuri Ali dalam acara SDGs Annual Conference 2024 di Jakarta, Senin.
Beberapa target yang telah tercapai cukup baik berkaitan dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka, rasio gini, indeks kualitas udara membaik, serta perempuan usia kawin pertama di bawah umur 18 tahun atau nikah muda berkurang.
Adapun indikator-indikator yang masih tertinggal antara lain mengenai akses terhadap sanitasi aman belum memadai karena masih banyak rumah tangga buang air besar sembarangan.
Kedua, ialah banyak penduduk dewasa tak mendapatkan pendidikan formal, sehingga perlu diberikan akses ke perguruan tinggi terutama bagi kelompok perempuan dan rentan, pendidikan vokasi untuk mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja, hingga inovasi pembelajaran jarak jauh dan teknologi dalam rangka menutupi kesenjangan pendidikan antara kota dengan desa.
Ketiga, yaitu tingkat pengangguran tinggi dan mayoritas dari kalangan pemuda kelas menengah di perkotaan kendati telah dibuka 5,26 juta lapangan kerja baru dalam beberapa tahun terakhir.
"Di kota itu jauh lebih tinggi, dua kali lipat dibanding dengan di desa, yang mungkin terkait dengan jenis pekerjaannya. Nah, hal-hal yang diperlukan antaranya adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja, khususnya untuk mikro informal yang jumlahnya semakin besar, semakin tahun jadi tantangan besar. Kemudian, meningkatkan produktivitas dari lapangan kerja yang ada. Berikutnya adalah pentingnya program pelatihan vokasi dan kebijakan tenaga kerja yang mendukung kewirausahaan muda, sebagai contoh antara lain adalah akses terhadap layanan finansial, karena baru 63 persen UMKM (usaha mikro kecil menengah) yang punya akses terhadap layanan finansial," ujar Bahjuri.
Terkait dengan industri, inovasi, dan infrastruktur, juga masih terdapat tantangan cukup besar walaupun sudah menunjukkan kemajuan cukup baik. Beberapa di antaranya adalah proporsi tenaga kerja pada sektor industri manufaktur belum ideal atau hanya sebesar 20,39 persen.
Karena itu, perlu dilakukan inovasi lebih lanjut dengan teknologi bersih dan teknologi hijau untuk meningkatkan daya saing global yang di antaranya melalui peningkatan produktivitas dan investasi di bidang teknologi, serta pelatihan keterampilan transformasi industri.
"Ke depan seperti apa? Kami sudah membuat namanya Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2023-2030, ini dapat diakses melalui website. Peta jalan ini menceritakan tentang proyeksi ke depan seharusnya seperti apa, jika kita seperti ini saja ekspornya, atau kalau kita optimis seperti apa," kata dia.
Menurut dia, pihaknya sudah melakukan proyeksi sampai 2030 dan proyeksi sampai tingkat provinsi.
"Harapannya, dari pemda (pemerintah daerah) dapat melihat target-target SDGs di sini karena target yang di sini sudah selaras dengan target-target RPJMN (rencana pembangunan jangka menengah nasional) dan RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah nasional)," sebutnya.
Baca juga: Pemerintah luncurkan Indonesia Digital Islamic Economy Report
Baca juga: Bappenas: Capaian SDGs di Indonesia sebesar 62,5 persen
Baca juga: Bappenas luncurkan platform SDGs Invesment
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024