Solo (ANTARA) - National Paralympic Committee (NPC) Indonesia memastikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap mengawal perkembangan atlet disabilitas usai pensiun sebagai kepala negara.
"Jadi kesetaraan kami dengan nondifabel sudah diciptakan oleh Pak Jokowi. Sejak jadi presiden beliau yang mensejahterakan kami," kata Ketua Umum NPC Indonesia Senny Marbun di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Bahkan, ia sempat bertanya kepada Presiden Jokowi terkait masa depan atlet disabilitas mendatang.
"Saya tanya ke beliau, kalau pak presiden sudah tidak menjabat siapa yang akan mengawal NPC. Dia jawab 'akan saya kawal terus'," katanya.
Baca juga: Federasi para sport ASEAN apresiasi Peparnas 2024
Sementara itu, ia mengatakan Peparnas ini menjadi bagian dari upaya NPC Indonesia untuk mencari atlet unggul untuk kemudian bisa dibina menjadi atlet berprestasi di tingkat internasional.
"Target yang saya harapkan di sini adalah saya mencari atlet. Kita sudah dibangunkan Pak Jokowi training center seluas 10 hektar di Karanganyar. Itu bisa kami gunakan untuk mencetak atlet baru, mengganti kakak-kakaknya. Mereka akan kami bina di sana," katanya.
Sejauh ini ia merasa senang dengan para atlet yang mengikuti Peparnas. Menurut dia, para atlet memiliki fisik yang baik dan semangat tinggi saat bertanding.
"Saya punya harapan besar kepada para atlet yang hadir di Solo. Saya punya pengharapan besar untuk dapat atlet baru di Peparnas," katanya.
Di sisi lain, ia berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah masing-masing kepada atlet disabilitas.
"Awalnya ada 21 provinsi yang tidak siap, gubernurnya tidak mau memberangkatkan atletnya karena tidak punya duit. Setelah itu ditelepon CdM kami agar mereka mengirimkan atlet ke Surakarta karena ini pesta mereka (atlet disabilitas)," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar ke depan tidak ada lagi anggapan orang catat dianggap kaum marginal.
"Jangan disembunyikan, mereka harus diberikan pendampingan," katanya.
Baca juga: Pj Gubernur Papua janji beri bonus atlet PON-Peparnas pada awal 2025
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024