Proyeksi kami, sampai akhir 2024 ini BI Rate akan berada di kisaran 5,5 sampai 5,75 persen,
Jakarta (ANTARA) -
Secara historis, pasar saham Indonesia konsisten mencatatkan kinerja positif dalam periode pemangkasan suku bunga acuan, katanya di Jakarta, Selasa.
Dari sisi valuasi, per akhir September 2024 pasar saham cukup atraktif, dengan Price-to-Earnings Ratio (PE) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 13,7 kali dibandingkan rata-rata 15 kali, yang merupakan titik masuk menarik bagi investor.
"Walaupun akhir September 2024 pasar saham domestik mengalami arus keluar investor asing, sebenarnya pada 2023 dan tahun berjalan 2024 minat investor asing terhadap pasar Indonesia menunjukkan perbaikan signifikan," ujar Samuel.
Tak dapat dipungkiri, Ia menjelaskan secara jangka pendek arus dana asing dapat bergerak fluktuatif dipengaruhi oleh faktor yang tentunya perlu dicermati, seperti pemilu Amerika Serikat (AS), tensi geopolitik, risiko moderasi ekonomi domestik, serta fokus kebijakan pemerintah baru.
Ia mempertimbangkan untuk sektor-sektor saham dengan peluang jangka menengah panjang, serta tidak mengekspektasikan adanya perubahan yang terlalu signifikan dalam hitungan jangka pendek.
Di era awal pemangkasan suku bunga acuan, pihaknya merekomendasikan beberapa sektor, diantaranya sektor keuangan, sub sektor komunikasi, serta sektor barang baku.
Samuel menjelaskan bahwa bank sentral AS The Fed membuat 'gebrakan' pada awal dengan pemangkasan di luar ekspektasi sebesar 50 basis poin (bps).
Namun demikian, juga menegaskan bahwa pemangkasan ke depan akan lebih gradual, dengan total berdasarkan dot-plot sebesar 200 bps sampai akhir 2025.
"Menurut kami, The Fed berhasil mengkomunikasikan sikapnya yang “gesit, namun terukur," ujar Samuel.
Dari dalam negeri, Ia memperkirakan pada kuartal IV-2024, Bank Indonesia (BI) masih akan kembali menurunkan suku bunga acuannya, sebagai antisipasi menopang pertumbuhan di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan domestik, seperti yang terlihat dari kecenderungan deflasi akhir-akhir ini.
"Proyeksi kami, sampai akhir 2024 ini BI Rate akan berada di kisaran 5,5 sampai 5,75 persen," ujar Samuel.
Sehingga, Ia menjelaskan bahwa selisih suku bunga Asia dengan AS diperkirakan akan melebar seiring ekspektasi pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) yang akan lebih agresif dibandingkan pemangkasan suku bunga kawasan Asia, sehingga secara relatif tingkat suku bunga Asia lebih menarik.
Selain itu, lanjutnya, proyeksi moderasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga membuat Asia dapat lebih menarik bagi investor, dengan pertumbuhannya yang lebih tinggi karena siklus pengetatan suku bunga sebelumnya tidak seagresif AS.
Sementara itu, pemerintah China mengumumkan serangkaian pelonggaran moneter dan komitmen terhadap stimulus fiskal, yang mengindikasikan perubahan fokus kebijakan dari pro-stability menjadi pro-growth.
Ia menyebut perubahan tersebut disambut positif, dan mendorong masuk arus dana asing secara masif ke pasar saham.
"Dalam jangka pendek, euforia ini memang membuat investor asing berupaya mengambil peluang atas kondisi ini," ujar Samuel.
Kemudian, lanjutnya, penyesuaian portofolio ke pasar saham China oleh investor asing tentunya berpotensi memicu aksi ambil untung dari pasar saham negara berkembang lainnya, terutama yang telah membukukan kinerja cukup baik tahun ini.
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024