“Antara UKS dan GSS itu saling menguatkan. Jadi mohon jangan dibanding-bandingkan antara UKS dan GSS,” kata Catur dalam webinar di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, UKS sudah terbentuk pada tahun 1995 dengan tiga program pokok atau “Trias UKS” yakni pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. UKS juga telah diperkuat dengan Peraturan Bersama atau SKB 4 Menteri yaitu Menteri Dikbudristek, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.
Adapun program GSS merupakan transformasi dari Kampanye Sekolah Sehat (KSS) yang diluncurkan pada 2022. Semula program ini hanya fokus pada tiga aspek yaitu sehat bergizi, sehat fisik, dan sehat imunisasi. Kemudian dilakukan penambahan dua aspek lainnya yaitu sehat jiwa dan sehat lingkungan, sehingga seluruhnya menjadi “5 Sehat”.
Baca juga: Kemendikbudristek galakkan Gerakan Sekolah Sehat untuk SDM masa depan
Sebelum Kemendikbudristek mencanangkan GSS, Catur juga meyakini bahwa para tenaga pendidik telah melakukan pembiasaan-pembiasaan “5 Sehat” di masing-masing lingkungan sekolahnya.
Menurut dia, pada prinsipnya GSS merupakan pembiasaan-pembiasaan kesehatan pada peserta didik yang dilakukan di satuan pendidikan secara sederhana, terus-menerus, berkelanjutan, dan tidak membutuhkan infrastruktur yang khusus.
“Jadi ini kembali ke gerakan moral, gerakan bareng-bareng. Kita sepakat bahwa ini adalah gerakan secara bersama-sama, terus-menerus, didukung oleh semua pemangku kepentingan, baik yang ada di pusat maupun di daerah, untuk mewujudkan anak-anak Indonesia yang sehat, cerdas, kuat, dan berkarakter,” kata dia.
Catur mengatakan, Kemendikbudristek melakukan dua strategi untuk mengawal keberlangsungan GSS di satuan pendidikan antara lain penguatan tata kelola serta pelibatan berbagai pihak melalui kolaborasi, gotong royong, dan kemitraan.
Baca juga: Kemendikbudristek dorong kreativitas sekolah implementasikan GSS
Adapun pembiasaan “5 Sehat” dapat diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan seperti intrakurikuler berupa integrasi ke dalam pembelajaran, kokurikuler berupa penguatan Profil Pelajar Pancasila, ekstrakurikuler, serta kegiatan lainnya yang mendukung pembiasaan berkelanjutan.
“Intinya, prinsip kegiatan pembiasaan lima sehat adalah aktif, partisipasi, kreatif, inovatif, rekreatif, menyenangkan, dan menyehatkan. Jadi ini semuanya serba gembira, tidak ada yang susah,” kata Catur.
Sementara itu, Direktur SMP Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Imran mengatakan bahwa sampai akhir tahun 2024, kementerian menargetkan sebanyak 80 persen satuan pendidikan mengetahui dan memahami tentang GSS serta sebanyak 90 persen satuan pendidikan sudah mengimplementasikan GSS.
Baca juga: Kemendikbud: Jumlah pengunjung UKS bukan indikator keberhasilan GSS
“Dari survei yang kami lakukan, sejak diluncurkannya GSS sampai dengan saat ini, masih banyak satuan pendidikan yang belum mengetahui secara baik mengenai GSS ini. Berkenaan dengan hal tersebut, kami terus memandang perlu melakukan berbagai upaya mengkampanyekan GSS ini melalui berbagai media,” kata Imran.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024