"Di era digital dan dinamika sosial ekonomi yang cepat berubah, amil tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian teknis dalam pengelolaan zakat, tetapi juga keterampilan dalam manajemen, teknologi, dan pelayanan publik yang optimal," kata Noor melalui keterangan di Jakarta, Rabu.
Noor menilai peran amil sangatlah penting, karena mereka adalah ujung tombak dalam memastikan zakat dapat dikelola secara profesional, transparan, dan amanah, sehingga membawa manfaat yang optimal bagi mustahik dan kesejahteraan umat.
"Hal ini sesuai UU Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 3 bahwa pengelolaan zakat yang efektif dan efisien dan menghadirkan manfaat untuk tujuan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan," ujarnya.
Baca juga: Kemenag dorong penguatan SDM di ZedX Zakat Enrichment & Idea Exchange
Noor menambahkan SDM amil zakat yang unggul membuat pengelolaan zakat yang sesuai syariat menjadi mudah terlaksana. Karenanya, penguatan SDM amil merupakan sesuatu yang tidak bisa diabaikan.
"Baznas dalam menjalankan tugasnya menerapkan prinsip 3 Aman yakni Aman Syari, Aman Regulasi, dan Aman NKRI. Amil di Baznas dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) perlu memahami dan menjalankan tugas sesuai prinsip syariah, memahami peraturan perundang-undangan tentang zakat, serta memahami bahwa zakat memiliki fungsi sosial yang luas, termasuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa," ucapnya.
Untuk itu pihaknya meningkatkan kualitas amil zakat antara lain melalui berbagai program pelatihan, sertifikasi, serta strategi-strategi pengembangan. "Kami yakin bahwa SDM amil yang unggul akan semakin memperkuat peran zakat sebagai instrumen pemberdayaan umat dan pengentasan kemiskinan," tuturnya.
Baca juga: Baznas tingkatkan kompetensi amil zakat melalui sertifikasi profesi
Sementara itu Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Prof Sahiron mengapresiasi kebijakan dan langkah strategis Baznas yang fokus memberdayakan dan mengembangkan SDM amil zakat di Indonesia.
“Pimpinan Baznas telah membuat kebijakan benar, dengan mengamalkan karakter kepemimpinan Nabi, (atau) prophetic leadership dengan tiga ciri utama yang tertuang dalam Surah At Taubah," katanya.
Pertama, kata Sahiron, berempati dan merasakan beban berat yang dialami umat dan berupaya meringankannya. Kedua, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi muzaki, mustahik, dan amil. Ketiga, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin, tidak bakhil untuk dirinya dan orang lain.
Baca juga: Baznas perkuat tata kelola zakat lewat pelatihan manajemen anti suap
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024