Ia menekankan bahwa perbedaan sikap politik di antara anggotanya itu tak masalah justru tetap memiliki kesatuan ide dalam membangun setiap insan bangsa Indonesia.
"KAHMI itu bisa berbeda pilihan politik karena pilihan politik itu konstitusional, tetapi idenya tetap membangun insan kita, para rakyat dan seterusnya sama. Itu Indonesia yang berlandaskan Islam kan begitu," kata Mahfud dalam seminar bertajuk "Rekonstruksi Kehidupan Demokrasi, Politik, Hukum dan Keadilan dalam Cita Negara yang Merdeka dan Berdaulat" di Auditorium Wisma Kemenpora, Jakarta, Rabu.
Selain itu, dia juga sempat menyinggung pernyataan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus terkait KAHMI yang tidak pernah menggunakan kacamata politik saat bertemu banyak orang di forum terbuka.
"KAHMI ini kata Gus Mus itu tidak pernah pakai kacamata politik. Kalau ada tokoh HMI dari berbagai partai itu mendekat dan salaman," ujarnya.
Menurut dia, KAHMI itu dapat menyatu dengan berbagai pihak meskipun anggotanya berasal dari partai yang berbeda.
Hal ini berbeda dengan NU yang memiliki banyak pertimbangan dengan masih melihat siapa sosok yang akan berbicara di sebuah forum.
"Kalau NU itu takut, yang bicara itu siapa? Misalnya, yang bicara dari Golkar. Nah, nanti yang dari PDIP, Demokrat, itu tidak mendekat. Kalau KAHMI tetap dekat seperti yang sekarang ini," jelas Mahfud.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) ini juga meminta agar forum terbuka senantiasa diadakan demi menjaga kerukunan dan membawa idealisme HMI.
"Selagi kita bawa kemana pun tidak usah bermusuhan, misal di Jakarta beda partai, beda fraksi, beda ormas," pungkasnya.
Baca juga: Anggota DPRD kader KAHMI diminta kawal program besar Prabowo-Gibran
Baca juga: Mahfud: KPU harus melaksanakan Putusan MK soal ambang batas pilkada
Baca juga: Airlangga: Kontribusi KAHMI dinantikan guna akselerasi ekonomi RI
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela; Lela Juliana
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024